Benarkah Bos Wanita Lebih Menyebalkan?

By nova.id, Selasa, 6 Januari 2015 | 08:45 WIB
Benarkah Bos Wanita Lebih Menyebalkan (nova.id)

Benarkah Bos Wanita Lebih Menyebalkan (nova.id)

"Foto: Mike Eng Naftali / NOVA "

Konon, bos wanita lebih menyebalkan. Fakta angka menunjukkan, sebagian orang lebih memilih memiliki bos pria ketimbang wanita. Ini berdasarkan survei yang dilakukan Gallup, badan swasta di Amerika yang menganalisis sekaligus meneliti perihal organisasi dan kepemimpinan dalam perusahaan.

Survei yang diikuti 2.059 responden pada tahun 2013 ini mengungkap, sebanyak 35 persen karyawan memilih bos pria, sementara 23 karyawan memilih dipimpin oleh wanita. Sisanya, berpendapat bahwa gender tak berpengaruh baginya.

Sejak pertama kali dilakukan survei tahun 1953 lalu, angka pemilih bos pria memang selalu lebih banyak. Namun, jumlah responden yang memilih memiliki bos wanita pun bertambah seiring dengan banyaknya responden yang berada di bawah kepemimpinan wanita.

Memang, tetap saja ada sejumlah anggapan umum yang berkembang mengenai bos pria yang terlihat lebih baik ketimbang wanita. Apa saja alasannya?

Karena, Umumnya PriaAlasan yang tak berdasar, bukan? Namun, masih banyak karyawan yang berpikir bahwa sosok bos ideal adalah pria karena memang itulah yang terjadi pada umumnya. Faktanya, pria maupun wanita memiliki potensi untuk menjadi bos yang baik maupun buruk. Anggapan yang demikian umumnya datang karena belum adanya preferensi mengenai sepak terjang wanita dalam memimpin. Padahal, baik dan buruknya pemimpin memang bukan berdasarkan jenis kelamin, melainkan oleh kemampuan sosok tersebut memaksimalkan potensi tim.

Tak Bisa Dijadikan TemanKaryawan wanita umumnya berharap memiliki atasan wanita yang ramah, perhatian, dan bisa diperlakukan sebagai teman curhat. Sehingga, saat atasan menegur atau bertingkah tegas tanpa basa-basi atau kalimat-kalimat manis, ia akan merasa tak terima dan kaget. Maka dianggaplah bos wanita itu menyebalkan. Itulah yang dikemukakan oleh Katherine Crowley, psikoterapis sekaligus penulis buku Mean Girls at Work. Padahal, sedekat apa pun hubungan antara atasan dan karyawan, keduanya tetap membutuhkan jarak, kan?

Berhati DinginMemang, pada umumnya wanita merasa sungkan untuk berlaku tegas atau mengeluarkan kalimat-kalimat agresif yang terkesan menyerang. "Ini yang membuat anggapan bahwa atasan perempuan itu dingin. Padahal, bila kalimat itu dikatakan pria, semua akan terasa baik-baik saja. Tapi, jika atasan wanita mengeluarkan kalimat yang sama, persepsinya bisa berbeda," tambahnya. Atasan wanita yang bersikap tegas dan berjarak, kemudian dianggap berhati dingin. Sebuah anggapan bahwa wanita menempuh jalan yang lebih sulit ketika mendapatkan promosi karier, dianggap sebagai alasan mengapa wanita bersikap keras dan tak toleran saat menjadi atasan.

Sebaliknya, Kurang TegasBila sebagian pemimpin wanita dinilai tak menyenangkan karena terlalu sinis, sebagian lainnya malah dianggap terlalu toleran sehingga terlihat tak tegas. Memang, banyak pemimpin wanita yang mengedepankan sisi femininnya ketimbang maskulin. Dalam artian, ia mengaplikasikan pola kepemimpinan yang lebih terbuka dan komunikatif, tinggi toleransi, serta menerapkan sistem kekeluargaan. Ini memang sifat-sifat alami wanita. Wanita juga biasanya memiliki kemampuan verbal yang lebih baik dan bisa menyentuh sisi emosional. Hal tersebut, sebenarnya menjadi sisi positif wanita dibanding pria dalam memimpin sebuah organisasi. Namun, bagi sebagian orang, hal ini dilihat sebagai tindakan kurang tegas dan kurang berwibawa.

Ada KompetisiAlasan lain adalah karena pada dasarnya hubungan wanita dengan wanita kerap dihiasi sikap kompetitif. Ini membuat hubungan antara karyawan wanita dan atasan wanita seringkali disikapi dengan subjektif dan personal. Sementara pria, umumnya tak menjatuhkan masalah-masalah personal dalam pekerjaan sehingga mereka dinilai lebih adil.

Annelis Brilian