TabloidNova.com - Semakin hari, semakin banyak orang Indonesia yang tertarik untuk mengeksplor kekayaan pariwisata negerinya sendiri. Salah satunya adalah Achmad Alkatiri (25) yang sudah mewujudkan mimpinya berkeliling 34 povinsi di Indonesia sebelum usia 25 tahun.
Sejak saat itu pula, Mad, begitu ia akrab disapa, berusaha sekuat tenaga untuk mempromosikan pariwisata Indonesia dengan caranya sendiri, terutama lewat social media yang kini marak digunakan banyak orang.
Untungnya, aksi gerilya Mad tersebut mendpatkan perhatian dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). "Dulu saya aktif di komunitas travel. Ke sininya, tahun-tahun kemarin, Kemenparekraf mulai ngundang komunitas, jadi kenal. Akhirnya di tahun 2013 kemarin, selain berusaha mempromosikan, aku sebagai putra daerah Maluku juga mau mempromosikan Maluku," ujar Mad yang awalnya merasa perlu mempromosikan Maluku lebih banyak lagi karena masih belum banyak yang percaya bahwa kondisi Maluku sudah aman dan tentram.
"Sejak tahun 2007 aku sudah berusaha mempromosikan karena banyak yang masih takut datang ke Ambon waktu itu. Dengan social media aku coba promosikan. Tapi akhirnya capek kalau cuma nge-tweet doang. Harus ada program yang jelas. Akhirnya aku bikin tim sendiri namanya Baronda Maluku, yang anggotanya bukan orang Maluku tapi punya passion traveling. Mereka rela bayar sendiri untuk mempromosikan Maluku. Ada fotografer, videographer, blogger, dan buzzer."
Syukur, konsep Mad disetujui oleh Kemenparekraf. Akhirnya seluruh tim berangkat ke Ambon, Maluku untuk membuat video, foto dan kisah perjalanan. "Jadi sekarang alhamdulilah sudah spread awareness. Sekarang orang sudah tahu Ora. Senang banget. Karena efeknya udah viral banget. Tiga bulan kemudian ada keliahatan impact-nya, ada flight tambahan ke Ambon. Ramai banget."
Tapi bagaimana dengan stigma yang beranggapan bahwa berlibur ke Timur Indonesia itu memerlukan budget yang mahal dan harus melalui medan yang cukup culit?. "Memang sulit. Tapi di sisi lain menurut aku ada satu sisi positif. Dengan harga yang mahal dan akses yang susah adalah filter untuk menjaga keasrian dan kealamian daerah itu. Kalau Raja Ampat semurah Pulau Seribu, bisa jadi apa? Contohnya Karimun Jawa kayak apa sekarang. Ada baiknya jadinya, ada sisi positifnya. Yang ke sana benar-benar yang pengin, niat dan akan mengapresiasi."
Yetta Angelina