Suami "Rajin" Selingkuh (1)

By nova.id, Sabtu, 7 November 2009 | 17:25 WIB
Suami Rajin Selingkuh 1 (nova.id)

Ibu Rieny Yth.,Saya guru dengan satu anak balita, menikah 6 tahun lalu. Saat menikah, usia saya 20 tahun. Tergolong muda, ya, Bu? Namun, karena saya pikir sudah mampu berumah tangga yang penuh dengan pahala itu, saya setuju untuk menerima pinangan. Kami pun bertunangan selama sebulan, hanya untuk mempersiapkan pernikahan kami.

Calon suami waktu itu bercerita banyak tentang mantan pacarnya (sebut saja I), dan apa saja yang mereka lakukan selama 5 tahun pacaran. Saya percaya dia sudah melupakan semuanya dan sudah bertobat atas apa yang dia lakukan bersama I dulu. Saya terima dia apa adanya, saya coba lupakan, walau ada keraguan apakah benar segampang itu dia melupakan I yang 5 tahun bersamanya. Lagipula, saya anggap dia berniat baik dengan berkata jujur tentang masa lalunya.

Tak lama setelah pernikahan, saya mengandung. Suami sepertinya benar-benar melupakan I. Namun, pada saat saya hamil 4 bulan, suami selalu membangga-banggakan seorang wanita lain (sebutlah R). Saya curiga, kok suami sampai begitu simpatiknya ke R, ada apa ini? Saya coba cari tahu kebenaran kecurigaan saya, dan ternyata benar! Saya memergokinya sedang memboncengkan R. Saya tanya dia baik-baik, tapi dia membantah. Saya makin curiga, Bu. Dengan berbagai cara, saya bujuk dia amenceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya suami bilang dia memang menyukai R karena nyambung, sopan, berpendidikan, cantik pula.

Duh, Bu, lemas seluruh tubuh dan persendian ini. Apalah saya ini, cuma tamatan SMU yang mujur bisa cepat kerja, tidak secantik R pula. Saat itu saya kasih 2 pilihan ke suami: terus dengan saya atau bercerai. Dia tidak mau cerai, katanya cuma selingkuh dan akan melupakan R. Kok, enteng sekali, ya Bu? Dia bilang khilaf. Namun, karena sayang, saya maafkan dia, juga demi calon anak yang saya kandung.

Yang makin menyakitkan, mertua ikut campur dan malah menyudutkan saya. Sudah jelas anaknya yang berkhianat, eh dia malah mengatakan saya istri yang tidak pengertian, kurang pergaulan, dan segala macam kata-kata bernada menghina. Padahal, dulu dia memohon saya supaya menerima pinangannya. Dia bilang dia suka saya yang berjilbab, keluaran pesantren pula. Waktu itu saya tersanjung dan bertekad membantu suami ke jalan yang lebih baik. Ternyata, batin saya harus terluka untuk kedua kalinya.

Tak lama kasus R lewat, suami ada main lagi dengan seorang wanita bernama W. Kali ini alasannya sangat menyakitkan. Katanya, "Kasihan kalau W pulang sendiri. W punya banyak masalah dan hanya pada saya dia mau cerita." Duh, lalu dianggap apa saya ini? Tidakkah dia kasihan pada istrinya yang selalu was-was menunggunya pulang? Suami W punya pekerjaan yang membuatnya seringkali meninggalkan keluarga ke luar kota. Suami akhirnya mengaku sering menemani W pulang, itu pun setelah susah payah saya menyelidiki lewat satpam perusahaan suami. Kata satpam, suami saya sering pulang jam 6 sore bersama W. Seingat saya, suami memang sering terlambat pulang.

Sebetulnya saya masih cinta dan sayang, Bu. Saya ingin keluarga sakinah, mawwadah, warrohmah. Tapi, saya tak tahan terus jadi istrinya. Salahkah jika saya meminta cerai? Beberapa bulan ini saya tidak menanggapi ulah suami. Saya sangat bingung, kantor suami sudah dijual ke perusahaan asing, dan menurut kabar ia akan dipindahkan ke salah satu cabang atau mungkin malah di-PHK. Saya takut anak saya tahu perihal ini, karena anak saya pandai sekali. Ia paham ayah-ibunya tengah menghadapi masalah serius.

Tolong bantu saya, Bu. Saya sangat bingung, saya takut GILA, tambahan pula saya sakit-sakitan. Saya masih ingin hidup untuk merawat anak saya. Tolong saya, ya, Bu... Terima kasih

Gun-Somewhere