Tabloidnova.com - Gigi memiliki peranan dan fungsi oral sekaligus estetika. Tak mengherankan bila setiap orang, terutama saat ini yang ingin mempertahankan kesehatan dan keindahan giginya.
Akan tetapi, seringkali orang datang ke dokter gigi tidak menyadari masalah yang terdapat dan dialami pada gigi dan mulut mereka. Dan salah satu masalah yang kerap dialami seseorang adalah keluhan gigi retak (cracked tooth).
Keluhan gigi retak diakibatkan menggigit obyek keras, salah posisi dalam mengunyah, atau karena struktur gigi yang lemah.
Namun demikian, gejala rasa sakit pada gigi retak tak terjadi terus menerus, sehingga banyak orang mengabaikannya. Bahkan, banyak dokter gigi mengatakan, diagnosis pada sindroma gigi retak juga cukup sulit. Sehingga dokter gigi harus melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara menyeluruh.
Spesialis konservasi gigi dari RSPI-Pondok Indah drg. Rina Permatasari, SpKG, mengatakan, "Retakan pada gigi biasanya cukup halus dan sulit terlihat secara klinis. Bila pemeriksaan awal tidak dapat memperlihatkan posisi dan kedalaman retakan gigi, dokter biasanya membutuhkan pemeriksaan dengan 3D Cone Beam Computed Tomography (CBCT). Metode ini menjadikan pencitraan gigi yang dihasilkan memiliki detail lebih tajam, bahkan slice by slice (per potong gigi)."
Rina melanjutkan, kasus keluhan gigi retak yang tidak sampai ke ruang pulpa, dapat cukup ditangani dengan pembuatan mahkota tiruan (crown) pada gigi yang retak.
"Namun dalam kasus yang lebih berat, keluhan gigi retak ada yang harus sampai dirawat pada saluran akarnya, dengan dilakukan aplikasi bahan Mineral Trioxide Aggregate (MTA) terlebih dulu sebelum dipasang crown. Namun bila retakan gigi sudah jauh hingga ke akar atau bahkan gigi jadi terbelah, maka gigi terpaksa harus dicabut, kemudian diganti dengan gigi tiruan atau implan."
Gigi yang terpaksa harus dicabut akibat kerusakan kompleks atau akibat hal lainnya seperti trauma, kata Rina, tentu akan membuat pasien merasa tidak nyaman. Sebab, lanjutnya, kondisi ini tak hanya memengaruhi estetika dan fungsi oral saja, melainkan juga dapat memengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang.
Namun seiring berkembangnya teknologi di dunia kedokteran gigi, imbuh Rina, memungkinkan dokter gigi untuk memberikan pilihan yang lebih luas pada jenis gigi tiruan. "Gigi tiruan berfungsi untuk memperbaiki fungsi oral dan estetika. Namun masalah yang banyak dikeluhkan tentang gigi tiruan adalah seringkali giginya goyang dan terasa tidak nyaman dipakai, terutama saat mengunyah makanan keras."
Sehingga, Rina melanjutkan, "Metode implan gigi merupakan salah satu pilihan gigi tiruan yang dapat berfungsi mirip seperti gigi asli, sekaligus memberikan rasa nyaman kepada pasien."
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com