Benarkah Menghindari Tertawa dan Tersenyum Bisa Cegah Keriput?

By nova.id, Selasa, 3 Februari 2015 | 07:57 WIB
Benarkah Menghindari Tertawa dan Tersenyum Bisa Cegah Keriput (nova.id)

Tabloidnova.com - Belum lama ini selebriti Hollywood berdarah Armenia, Kim Kardashian (34) dikabarkan enggan tersenyum di berbagai kesempatan saat bertemu fotografer, lantaran ia tak ingin wajahnya dihiasi kerutan akibat tertawa atau tersenyum.

Di London, juga terdapat wanita yang memilih tidak tertawa dan tersenyum demi mendapatkan kulit wajah tanpa kerutan dan selalu terlihat awet muda. Bahkan wanita bernama Tess Kristen ini telah melakukan aksi yang tak lazim itu selama 40 tahun dalam hidupnya. Wow!

Namun benarkah menahan otot-otot wajah untuk tidak tersenyum dan tertawa dalam waktu yang lama dapat menjamin wajah mulus tanpa garis-garis atau kerutan di area mulut yang kerap terlihat akibat bekas tertawa atau tersenyum?

Sejumlah ahli percaya, trik yang aneh ini memang dapat bekerja. Seperti yang dikatakan seorang dermatolog Dr Nick Lowe. Lowe mengatakan, "Ya, trik tidak tersenyum dan tertawa ini bisa menjadi teknik anti-penuaan yang efektif. Tak diragukan lagi, ada beberapa aktris yang telah dilatih terus-menerus pada ekspresi wajah mereka demi tujuan ini."

Keriput, lanjut Nick, terjadi akibat adanya kekusutan yang konstan pada kulit wajah akibat seringnya tersenyum, serta muncul kerutan pada dahi yang disebabkan oleh otot-otot pada wajah. Terlebih bila kulit wajah kerap terlipat, sehingga jaringan ikat di bawah kulitnya ikut melipat dan menampakkan kerutan.

"Jika Anda dapat melatih diri untuk meminimalkan ekspresi wajah setiap hari, dijamin Anda tak akan mendapatkan banyak barisan garis-garis atau kerutan di wajah, terutama pada area sekitar mulut atau garis senyum dan dahi," terang Nick lagi.

Nick menandaskan, "Trik aneh ini dapat bekerja, karena kami tahu persis bagaimana Botox berfungsi, yakni dengan mengurangi aktivitas otot. Maka, tidak tersenyum adalah pilihan yang dapat Anda lakukan sendiri, kendati saya pun berpikir akan cukup sulit menjaganya. Belum lagi ekspresi dingin ini akan membuat pasangan bosan dan membingungkan bagi anak-anak."

Berbeda halnya dengan seorang psikolog yang berbasis di London, Amanda Hills. Ia mengatakan, tersenyum justru sangat penting demi kesehatan mental seseorang.

"Ketika tersenyum seseorang akan melepaskan hormon endorphin atau yang dikenal sebagai hormon bahagia yang dapat membuat Anda merasa baik, tenang, dan nyaman," jelas Amanda. Tak hanya itu, lanjut Amanda, "Semakin Anda melakukannya dengan bahagia, Anda seolah mengatakan bahwa jalur saraf di otak Anda sedang bahagia."

Lebih jauh Amanda mengatakan, "Otak tidak akan pernah tahu ketika Anda berpura-pura tersenyum, sebab itu hanya mengambil gerakan otot. Penelitian telah menunjukkan Anda dapat meningkatkan kebahagiaan dengan tersenyum, bahkan ketika Anda merasa sedang tak bahagia."

Oleh karena itu, lanjutnya, tak heran bila beberapa profesional medis akan mengobati penyakit depresi dengan memberitahu pasien untuk berlatih tersenyum di depan cermin.

"Tidak tersenyum, menurut penelitian, justru akan memiliki efek tidak bahagia. Wajah yang beristirahat tanpa emosi tidak akan membiarkan otak Anda menangkap sinyal bahwa Anda bahagia," terang Amanda seraya menambahkan, senyum akan menarik minat dan meninggalkan kesan baik pada diri orang lain.