Karier dan penghasilan istri yang lebih besar seharusnya tidak menjadi sebuah masalah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasangan suami istri agar tidak menuai konflik saat hal itu terjadi.1. Ubah pola pikirSelama ini pola pikir dalam masyarakat cenderung menempatkan wanita dalam wilayah domestik yang bertanggung jawab terhadap urusan pengasuhan anak dan dapur. Sementara lelaki berperan sebagai pencari nafkah dan tulang punggung keluarga. Nah, konflik akan muncul bila yang terjadi justru sebaliknya.
Gambaran di atas sebenarnya salah kaprah. Di era modern seperti sekarang ini, kata tulang punggung menjadi sangat penting buat kaum lelaki. Padahal peran suami tak bisa berjalan baik tanpa dukungan sang istri.
Oleh sebab itu, suami jangan langsung merasa tertekan saat mengetahui istrinya membawa lebih banyak uang ke rumah. Sebaliknya, syukuri keadaan ini sebagai sebuah berkah. Sebab, pemasukan yang lebih besar berarti kualitas hidup pun jadi lebih baik.
Tanggung jawab dan kelangsungan rumah tangga tidak berada dalam satu tangan (suami-red). Hal itu merupakan tanggung jawab bersama. "Konflik muncul karena pola pikir yang salah. Sebenarnya segala sesuatu itu berpusat pada kognisi (pemikiran) kita. Bila masing-masing pasangan mau lebih mengerti, konflik pasti bisa dihindari," tutur Henny.
2. Pandai menempatkan diriPengertian yang dicapai akan membuat segalanya lebih mudah. Selain itu suami-istri harus bisa menempatkan dirinya dengan baik. Semisal, di luar rumah istri berprofesi sebagai seorang direktur. Tapi, ketika kembali ke rumah ia harus ingat perannya sebagai seorang istri.
"Ini yang seringkali terlupakan. Seorang istri jangan sampai membawa kebiasaannya di kantor ke rumah. Ketika kembali ke rumah, ia harus kembali pula pada perannya sebagai pendamping suami," ungkap Henny.
Hal serupa juga berlaku ketika suami masuk ke lingkup pergaulan istrinya. "Saat ada acara di kantor istri, suami tidak boleh merasa minder. Ia harus bisa menempatkan diri sebagai seorang suami dari atasan kantor istrinya. Tak perlu berpikir negatif tentang hal lainnya. Demikian pula sebaliknya," lanjut Henny.
3. Berbagi tanggung jawabKarier istri semakin cemerlang dengan promosi yang baru didapatkannya tahun ini. Ini juga berarti tuntutan tanggung jawab yang lebih besar di kantornya. Konsekuensinya, waktu untuk keluarga pun jadi berkurang. Lalu, siapa yang bertugas mengurus rumah dan anak-anak? Untuk masalah satu ini, pasangan suami istri harus memutuskannya berdasar apa yang terbaik untuk anak-anak. Lupakan dulu ego masing-masing!
Bila suami pekerja freelance, usahakan agar pekerjaan tersebut bisa dilakukan di rumah. Suami bisa tinggal di rumah sementara istri bekerja. Bagi pekerjaan rumah tangga, mulai mengantar anak sekolah, membersihkan rumah hingga berbelanja kebutuhan rumah. Dengan demikian, anak-anak dan urusan rumah tetap terjaga. Istri pun tak perlu merasa bersalah saat harus meninggalkan rumah untuk bekerja.
Hilangkan pemikiran bahwa tinggal di rumah sama dengan tidak bekerja. "Hilangkan konsep masa lalu bahwa stay at home berarti tidak melakukan apa-apa. Jangan pernah menganggap remeh pekerjaan rumah tangga. Sebab itu adalah pekerjaan yang sangat berat, semuanya dilakukan sejak matahari terbit hingga tenggelam. Pekerjaan rumah tangga itu sangat bernilai tinggi. Tak ada salahnya dengan menjadi bapak rumah tangga, kok."
4. Pengaturan finansialSaat posisi pekerjaan berada dalam satu level, pengaturan masalah keuangan mungkin tak ada masalah. Tapi, kadangkala konflik muncul ketika gaji istri lebih besar. Tak jarang istri yang merasa penghasilannya lebih besar merasa punya kuasa lebih dalam mengatur keuangan. Nah, hal inilah yang biasanya membuat suami mudah tersinggung.
Untuk mengatasi masalah ini, Henny menyarankan agar masing-masing pasangan membuat pengaturan finansial yang lebih fleksibel. Artinya, aturan ini merupakan hasil kesepakatan bersama. Misalnya, penghasilan keduanya disatukan baru kemudian dibagi sesuai dengan pos-pos pengeluaran yang telah ditentukan.