1 Rasa marah merupakan emosi manusia yang wajar. Namun, jika seseorang mudah sekali marah dan cenderung tak bisa mengontrolnya, sebaiknya ia segera mencari bantuan.
2 Pasalnya, kemarahan kronis semacam ini bisa berdampak negatif pada hidup. Baik terhadap hubungan dengan orang-orang di sekitarnya, kesehatan fisik, maupun kesehatan mental.
3 Marah tidak selalu bagus, tapi juga tak selalu buruk. Artinya, wajar saja bila seseorang marah ketika ia merasa dicurangi atau disakiti. Yang menjadi masalah adalah apa yang kemudian dilakukan ketika emosi itu datang.
4 Kemarahan menjadi masalah ketika ia merusak diri atau orang lain. Alias, marah yang tidak pada tempatnya. Maka, kemarahan ini perlu dikelola atau anger management agar emosi yang satu ini tidak merongrong kehidupan Anda.
5 Kemampuan mengelola kemarahan ini membutuhkan waktu, namun dampaknya sangat positif. Anda akan mampu membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain di sekitar, mencapai tujuan hidup, dan menikmati hidup yang lebih sehat.
6 Sifat pemarah seringkali berakar pada masa kecil. Misalnya, jika seseorang sedari kecil terbiasa melihat orang-orang di sekelilingnya mudah meluapkan amarah, memukul, atau melempar, maka pikiran yang akan mengisi benaknya adalah, "Oh, jadi begini cara menyelesaikan masalah."
7 Peristiwa traumatis disertai tingkat stres yang tinggi juga akan membuat seseorang menganggap meluapkan amarah sebagai hal biasa.
8 Agar mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang sehat, kenali lebih dulu perasaan-perasaan atau emosi yang Anda rasakan. Benarkah Anda memang marah? Atau, jangan-jangan kemarahan Anda hanya sebuah cara untuk menutupi perasaan lain, seperti rasa malu, tak aman, sakit hati, atau tidak berdaya?
9 Bagaimana bila hampir semua respons yang Anda keluarkan adalah amarah? Bisa jadi kemarahan hanya untuk menutupi perasaan dan kebutuhan yang sesungguhnya.
10 Poin nomor 9 sangat mungkin terjadi jika seseorang besar di dalam keluarga yang tidak memberi ruang bagi anggota keluarganya untuk mengekspresikan perasaan secara terbuka. Akibatnya, setelah dewasa, ia tak memiliki "koleksi" emosi yang lain, selain marah.
11 Padahal, mengenali beragam perasaan tadi adalah kunci memahami diri sendiri, sekaligus mengenali cara mengelola beragam emosi, dan jalan menuju hidup yang sukses.
12 Tanpa kemampuan mengenali, mengelola, dan berinteraksi dengan semua emosi yang dimiliki manusia, seseorang akan menjadi pribadi yang bingung, terisolasi, peragu, serta tak mampu mengekspresikan perasaannya.
13 Tubuh manusia sebetulnya sudah memberikan semacam "warning sign". Termasuk ketika kita marah, sebab emosi ini adalah salah satu respons fisik tubuh yang normal yang akan menghidupkan sistem peringatan di dalam tubuh.
14 Mengenali warning sign bahwa kemarahan akan "meledak" akan membantu seseorang mengerem amarah tersebut.
15 Beberapa warning sign lain akan kemarahan dari tubuh misalnya lambung berdenyut seperti orang lapar, napas memburu, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, jantung berdegup kencang, bahu menegang, dan sebagainya.
16 Cermati juga pemicu lain, seperti hobi menyalahkan orang lain, berpandangan sempit, curiga, dan sebagainya.
17 Memahami pemicu dan penanda tubuh tadi bekerja akan membantu seseorang mengelola kemarahan yang tak perlu.
18 Coba cek jadwal rutin sehari-hari, lalu coba indentifikasi aktivitas, waktu, orang-orang yang Anda temui, serta tempat atau situasi yang mudah memicu kemarahan. Misalnya, ternyata emosi Anda selalu terpicu setiap kali berbicara dengan Si X, atau emosi Anda selalu naik setiap kali terkena macet, dan sebagainya.
19 Setelah itu, cari cara untuk menghindari pemicu-pemicu tadi. Jika memang tak bisa menghindar, ubah cara pandang Anda terhadap pemicu dan situasi tadi.
20 Ada banyak cara yang bisa membantu agar tetap tenang dan kemarahan terkontrol, di antaranya menarik napas dalam-dalam, olahraga, memijat daerah tubuh yang tegang, menghitung angka dari 1 - 10 secara perlahan, merasakan dan menikmati respons tubuh, dan sebagainya.
21 Jika Anda merasa memang harus marah dan tak lagi bisa dihindari, ekspresikan kemarahan dengan cara yang sehat.
22 Bila dikomunikasikan dengan baik dan penuh respek, serta diberi saluran yang efektif, kemarahan bisa menjadi sumber energi yang dahsyat dan inspiratif, lho.
23 Agar bisa marah dengan cara yang sehat, jangan memperbesar masalah, jangan mengungkit-ungkit masa lalu, dan fokus pada masalah sekarang.
24 Syarat lain, pilih "pertempuran" alias jangan asal marah untuk hal-hal remeh-temeh, bersedia memaafkan, dan setuju untuk tidak setuju.
25 Mestinya, setiap orang bisa mengontrol emosi dan mengekspresikan rasa marah tanpa harus menyakiti orang lain. Jika ini bisa dilakukan, tak hanya perasaan nyaman yang muncul, namun juga perasaan bahwa apa yang diharapkan terpenuhi.
Buntut Kemarahan
Berikut fakta-fakta yang membeberkan bahwa kemarahan yang tidak terkontrol akan berdampak negatif.
1. Kemarahan tanpa kontrol akan memengaruhi kesehatan.
Hidup dalam tekanan dan tingkat stres yang tinggi bukan sesuatu yang sehat. Kemarahan kronis akan membuat Anda berisiko terkena penyakit jantung, diabetes, kolesterol tinggi, daya tahan tubuh menurun, insomnia, dan hipertensi.
2. Kemarahan tanpa kontrol akan merusak mental.
Kemarahan kronis akan menggerogoti energi psikis dan mengganggu pikiran, sehingga mengurangi konsentrasi, mengurangi kemampuan untuk melihat dari perspektif yang lebih luas, ketidakmampuan menikmati hidup yang indah, dan sebagainya. Kebiasaan marah tanpa juntrungan juga akan memicu stres, depresi, serta masalah kesehatan jiwa lain.
3. Kemarahan tanpa kontrol akan merusak karier.
Bersikap kritis, menawarkan perbedaan, dan diskusi yang panas untuk perbaikan tentu saja baik dan sehat. Namun, marah-marah tanpa dasar yang jelas hanya akan mengurangi rasa hormat dari atasan, teman sekerja, dan klien Anda. Selanjutnya, reputasi di kantor pun akan jeblok dan karier Anda dijamin mandek.
4. Kemarahan tanpa kontrol akan mengganggu hubungan dengan orang lain.
Bagaimana tidak, mereka akan merasa Anda sudah mencoreng muka mereka, apalagi jika kemarahan Anda tidak jelas ujung pangkalnya. Kemarahan yang kronis juga akan membuat orang lain sulit percaya kepada Anda. Mereka juga bakal merasa tak nyaman berada di dekat Anda, karena mereka selalu merasa "terancam".
Hasto Prianggoro/Dari berbagai sumber