Berkah Nyablak Felicia 'Panda' Kumala

By nova.id, Sabtu, 24 Januari 2009 | 00:28 WIB
Berkah Nyablak Felicia Panda Kumala (nova.id)

Siapa yang tak kenal perempuan ceriwis ini. Hadir setiap akhir pekan di acara Termehek-Mehek. Namun siapa sangka saat remaja Panda adalah gadis yang minder dan kurang gaul.

Veronica Felicia Kumala. Begitu nama lengkap yang diberikan kedua orang tuanya kepada gadis kelahiran 9 Februari 1983 ini. Sehari-hari pun keluarga dan teman-teman dekatnya menyapanya dengan panggilan Felis. Nama 'Panda' baru muncul ketika Felis duduk di bangku SMA.

"Waktu SMA berat badan ku sampai nembus angka 65 kg. Gendut banget lah pokoknya. Terus karena sejak SD aku udah pakai kacamata, jadi kalau kacamata nya dilepas bakal ninggalin bekas kayak kantung mata Panda. Itulah kenapa aku dipanggil Panda. Akhirnya keterusan sampai sekarang," tutur anak kedua dari 3 bersaudara ini.

Karena bertubuh tambun pula, Panda mulai digerogoti rasa tidak percaya diri. Apalagi semua teman-temannya di sekolah kerap menjadikannya bahan ledekan. Tak jarang, Panda harus menghadapi semuanya dengan tangisan.

"Aku punya masalah parah banget soal percaya diri, dan orang di sekitarku enggak pernah tahu soal itu. Semua orang taunya aku orangnya cuek, tapi mereka kan enggak tahu kalau aku minder. Tapi sekuat tenaga aku coba nunjukkin kalo aku pe-de berat," cerita Panda.

Lelah menjadi bahan ejekan, Panda membuktikan kalau dirinya benar-benar bisa membalikkan semua perkataan keluarga dan teman-teman dekatnya. Untuk urusan berat badan, selepas SMA, Panda melakukan program diet habis-habisan. Dari diet sehat, perawatan pelangsingan yang bernilai jutaan rupiah, sampai mengonsumsi obat langsing yang ternyata sudah ditarik dari peredaran!

"Tadinya aku nyaman-nyaman aja dengan bentuk badanku, tapi aku baru sadar setelah kakak perempuanku yang tadinya gemuk banget bisa tiba-tiba jadi kurus banget. Aku jadi capek selalu dibandingkan sama dia."

Akhirnya usaha Panda membuahkan hasil. Badannya menyusut setelah lulus SMA. Dan di saat yang sama pula, Panda mendapatkan kesempatan pertama yang kelak membawanya eksis di dunia hiburan.

Tahun 2001, setelah Panda menamatkan SMA, Panda memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di London School of Public Relation semata-mata hanya untuk menghindari mata kuliah yang berbau hitung-hitungan. "Tadinya aku juga suka nari, aku pengen ke IKJ (Institut Kesenian Jakarta), tapi orang tua yang nolak karena nganggap masa depan seniman gak jelas," ungkapnya.

Sambil menunggu masa kuliah dimulai, Panda mengambil pelatihan presenter. Di sana, ia bertemu pertama kali dengan Venna Annisa, presenter dan penyiar radio senior. "Di nawarin untuk melamar ke Radio Prambors, karena kebetulan sedang membuka lowongan untuk penyiar. Tadinya enggak kepikiran sama sekali, tapi setelah mikir, kenapa nggak? Akhirnya aku coba, masukin CV dan lamaran ke Prambors. Sebulan kemudian aku dipanggil dan diterima," cerita perempuan yang terobsesi bisa memelihara orang utan ini.

Awalnya, tak pernah terlintas di benak Panda jika kebiasaannya ngomong seenaknya dan nyablak justru membawa rezeki. Genap setahun siaran di Radio Prambors, Panda justru mendapat tawaran untuk menggantikan posisi Venna Annisa, sang senior untuk membawakan program reality show, Katakan Cinta.

Namun lagi-lagi, 'penyakit' tidak percaya diri hinggap di diri Panda. "Awalnya sempat mau nolak karena aku tetap ngerasa gak pe-de, karena aku enggak camera face. Sampai sekarang pun aku tetap sadar kalo aku enggak camera face."

Selama tiga tahun, Panda sukses membawakan acara Katakan Cinta. Perlahan-lahan, nama dan wajahnya mulai dikenal orang. Namun di saat yang bersamaan, Panda tidak pernah melepaskan profesi utamanya sebagai penyiar.

Baginya, menjadi penyiar adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan dengan apapun, meski bayarannya hanya seperempat dari bayaran menjadi host atau presenter. Sampai saat ini pun Panda masih aktif sebagai penyiar di Radio Prambors mengasuh program Panda Berkokok yang mengudara setiap hari Senin-Jumat pukul 05.00 WIB - 07.00 WIB.

Yetta Angelina Foto: Dok. TransTV, Ahmad Fadilah/NOVA