Veny Lie Piano & Cinta untuk Anak Berkebutuhan Khusus (2)

By nova.id, Sabtu, 22 Juni 2013 | 01:31 WIB
Veny Lie Piano Cinta untuk Anak Berkebutuhan Khusus 2 (nova.id)

Lantas bagaimana cara Anda mengajarinya?

Di pertemuan kedua, saya hanya fokus bagaimana agar Riko mau duduk. Saya berusaha memegang Riko sampai berkeringat. Senang sekali melihat Riko bisa mulai duduk. Pelan-pelan sambil menjaga Riko, saya tuntun jemarinya menekan tuts-tuts piano sambil menyenandungkan notnya. Saya harus bisa memahami anak-anak seperti Riko. Akhirnya, saya ke toko buku membeli buku-buku tentang anak berkebutuhan khusus.

Pelan-pelan saya mulai paham, ternyata anak berkebutuhan khusus ini banyak ragamnya. Ada autis, down syindrome, dan lainnya. Masing-masing penanganannya juga berbeda-beda. Ternyata, saya makin mencintai anak-anak seperti Riko. Saya pun mengajari dia dengan penuh kesabaran. Sampai akhirnya, saya bangga sekali ketika Riko sudah bisa memainkan satu lagu.

Belakangan dari pengalaman, saya jadi paham, anak berkebutuhan khusus paling sulit memahami lagu pertama. Ada yang sampai harus beberapa bulan, ada yang enam bulan bahkan sampai setahun. Tapi begitu satu lagu bisa, lagu berikutnya sudah gampang. Satu minggu pun sudah bisa. Ternyata salah satunya terlihat dari perkembangan jarinya. Begitu dia sudah bisa menekan, dia sudah dekat untuk bisa.

Bisa cerita perkembangan Riko?

Tanpa saya duga, perkembangannya bagus. Menurut cerita mamanya, setelah tiga bulan belajar piano, "Dokter mengatakan, perkembangan emosionalnya bagus." Riko juga sudah bisa memegang pensil dengan benar. Tentu saja saya bahagia sekali. Tentang metode mengajar, tentu saya coba-coba sendiri. Kala itu, kursus piano anak kebutuhan khusus masih sangat jarang, setidaknya saya belum mendengar.

Yang saya lakukan adalah membiasakan jemarinya menekan tuts piano. Agar dia memahami not itu, saya harus menyanyikannya. Oleh karena jemarinya saya bimbing menekan piano berulang-ulang, lama kelamaan dia jadi hafal, sampai akhirnya bisa memainkan lagu. Satu lagi yang penting, ketika Riko salah memencet not, saya harus cepat-cepat membetulkannya. Riko juga beberapa kali saya ikutkan konser.

Selama ini, dia bisa melakukannya dengan baik. Level permainan lagunya juga semakin meningkat. Sekarang jika saya beri not lagu, Riko sudah bisa langsung memainkannya. Riko juga sudah bisa membaca not balok dan notasi lagu.

Murid-murid berkebutuhan khusus juga makin banyak?

Benar. Selain menerima anak biasa, saya juga memberikan kursus kepada anak-anak istimewa itu. Bermula dari siswa pertama, kemudian berlanjut ke siswa berikutnya. Awalnya, sih, temannya Riko. Mungkin karena perkembangan Riko memang bagus, selanjutnya banyak yang datang. Sekarang sudah ada 40-an anak berkebutuhan khusus dengan berbagai ragam keistimewaan yang jadi murid saya.

Apa kunci sukses mendidik mereka?

Tentu saja rasa cinta kepada mereka. Awalnya memang mesti belajar sabar ketika melihat pintu dibanting, gelas pecah, piano rusak, ruangan berantakan, dan seterusnya. Maka dari itu, rumah saya biarkan kosong untuk memberi keleluasaan kepada anak-anak.

Saya sering terharu melihat anak-anak itu berhasil ikut konser. Menjaga dan menemani mereka ketika main di panggung, menjadi detik-detik yang mengharukan dan membanggakan. Saya juga bangga ketika mereka berhasil ikut ujian, sama seperti anak-anak pada umumnya.

Ada, lho, anak didik saya yang sanggup menguasai 50 lagu dalam setahun. Dan permainannya enggak kalah dibandingkan teman-temannya yang normal. Tentu saja perkembangan anak-anak itu tak lepas dari dukungan orangtua. Mereka ikut membantu anak-anaknya di rumah.

Berapa biaya kursus untuk anak berkebutuhan khusus?

Sama dengan anak-anak lainnya, yaitu Rp600 ribu untuk 4 jam. Tiap pertemuan 30 menit sampai 1 jam, tergantung kemampuan anak. Saya memang tak mau aji mumpung mengutip biaya yang lebih mahal.

Anak Anda juga suka musik?

Iya. Fan Ai Ling, sekarang kelas 4 SD, sangat berbakat main piano. Dia juga berteman dengan anak-anak berkebutuhan khusus itu.

Henry Ismono