Sidrotun Naim, "Doktor Udang" dari Sukoharjo

By nova.id, Selasa, 17 April 2012 | 04:09 WIB
Sidrotun Naim Doktor Udang dari Sukoharjo (nova.id)

Sidrotun Naim Doktor Udang dari Sukoharjo (nova.id)
Sidrotun Naim Doktor Udang dari Sukoharjo (nova.id)
Sidrotun Naim Doktor Udang dari Sukoharjo (nova.id)

"Sidrotun Naim mengajak suami dan anak ternbang ke Arizona. (Foto: Dok Pri) "

Jadi doktor udang, apa memang sudah cita-cita sejak dulu?

Dulu, sih, saya ingin jadi doktor manusia. Tidak kesampaian, ya, akhirnya jadi doktor udang. Ha ha ha...

Kenapa tertarik meneliti udang?

Sebenarnya udang ini hanya satu isu. Masih banyak yang ingin saya teliti. Tapi,  saya fokus udang dulu. Saya lihat, berdasarkan data ekspor, produksi udang Indonesia setelah tahun 2008 menurun tajam. Salah satu penyebabnya, saat itu udang asli Indonesia, udang windu, terkena white spot syndrome yang menyebabkan gagal panen pada banyak para petambak udang. Padahal sebelumnya tahun 2004 hingga 2008 selalu naik.

Ide datang saat melihat profesor saya di Universitas Arizona, AS, me­ngembangkan polikultur nila-udang bisa menurunkan kematian udang hingga sekitar 30 persen (uji lab). Saya kembangkan untuk meneliti semacam vaksin udang jenis vaname dari serangan IMNV atau infectious myonecrosis virus. (Sidrotun Naim menyelesaikan S3 di Universitas Arizona. Sebelumnya, ia menyelesaikan S1 di Ilmu Teknologi dan Hayati, ITB dan S2 di University of Queensland Australia).

Lalu?

Ternyata kotoran ikan nila selain sifatnya seperti pupuk NPK juga mengandung zat yang sifatnya antimikroba. Jadi, petambak tak perlu pupuk dan antibiotik. Lagipula kalau kena antibiotik, tidak laku diekspor.

Kabarnya Anda mendapat penghargaan dari L'oreal-Unesco?

Benar. Saya dua kali mendapatkannya. Pertama tahun 2009 saya jadi Pemenang L'Oreal National Fellowship 2009. Lalu tahun 2012 ini saya kembali jadi pemenang L'Oreal -Unesco FWIS International 2012.