Denny Darko Bercerita Lewat Aksi Arsir Pasir (2)

By nova.id, Jumat, 30 Maret 2012 | 22:17 WIB
Denny Darko Bercerita Lewat Aksi Arsir Pasir 2 (nova.id)

Jadi pekerjaan sebagai pesulap ditinggalkan? 

Oh tidak. Para konsumen yang sudah mengenal saya sebagai magician tetap minta saya perform sebagai magician. Banyak juga klien yang mau sand animation, tapi minta sulap sebagai bonus. Saya, sih, enggak masalah selama mereka terhibur dan performance fee saya tercapai. Ha ha ha...

Berapa tarifnya untuk sekali tampil sebagai sand animator?

Saya membedakan harga untuk dalam kota dengan luar kota. Kalau dalam kota, seperti Jakarta, Bandung, dan sekitarnya, kisarannya sekitar Rp 35-40 juta. Kalau di luar kota, bisa sampai Rp 50 juta. Biaya itu untuk sekali show dengan durasi satu jam. Kalau mereka minta ada campuran magic dan hipnosisnya juga bisa. Semua peralatan saya yang menyediakan.

Kenapa mahal? Saya harus profesional. Untuk ongkos kirim peralatan saja sudah habis Rp 5 juta. Kru saya saja ada 6 orang, ini termasuk dokumentasi, property master, bagian setting, electricity, dan asisten pribadi saya. Biaya yang dibayarkan klien itu juga sudah termasuk rencana cadangan jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan klien.

Selama ini siapa saja yang sudah jadi klien Anda?

Biasanya perusahaan-perusahaan, baik nasional maupun swasta, termasuk BUMN. Saya pernah dipanggil oleh WWF, Bank Mandiri, Holcim, dan lainnya. Itu untuk tahun ini saja. Kira-kira, dalam satu bulan minimal dua kali show dan paling banyak empat kali. Tapi untuk ke depan, sepertinya akan bertambah jadi lima kali pertunjukan dalam sebulan karena ada juga perusahaan yang mengadakan acara pada week days.

Oh ya, orangtua mendukung?

Ibu saya lulusan SMA. Setelah mendapati saya lulus ITB (Institut Teknologi Bandung), pastilah beliau senang sekali. Tapi setelah lulus, kok, saya malah jadi tukang sulap. Ha ha ha... Tapi ternyata bidang ini yang lebih menghidupi saya.

(Tahun 2006, Denny tercatat sebagai mahasiswa jurusan desain interior ITB. Di tahun yang sama, ia juga menjadi mahasiswa di Universitas Parahyangan (Unpar), mengambil jurusan arsitektur. Namun karena nilai yang diperolehnya tidak maksimal, ia terpaksa keluar dari Unpar dan meneruskan dari awal perkuliahannya di ITB. Ia pun berhasil lulus dengan IPK 3,12. Ia juga berhasil mendapat beasiswa dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk melanjutkan ke jenjang master).

Setelah menguasai sand animation, apa lagi yang ingin dicoba?

Tidak ada. Waktu saya bertemu magic, itu rasanya seperti saya bertemu seseorang yang ingin saya jadikan pacar. Magic itu hanya pacar saya. Tapi kalau istri, ya, sand animation ini. Jadi saya akan menekuni ini dan hanya ini sampai akhir. Magic tetap menjadi passion, tapi untuk sand animation saya punya nilai yang beda. Saya pernah melakukan sand animation dengan mata tertutup dan itu tidak dilakukan oleh kompetitor saya.