Valencia Mieke Randa: Jembatan Pencari & Pendonor Darah (1)

By nova.id, Senin, 6 Desember 2010 | 17:01 WIB
Valencia Mieke Randa Jembatan Pencari Pendonor Darah 1 (nova.id)

Valencia Mieke Randa Jembatan Pencari Pendonor Darah 1 (nova.id)
Valencia Mieke Randa Jembatan Pencari Pendonor Darah 1 (nova.id)

"Meski takut jarum, suami Mieke sangat mendukung kegiatan istrinya di BFL (Foto: Dok Pribadi) "

Apa itu Blood for Life (BFL)?

BFL itu organisasi non profit yang bergerak di bidang sosial. Kegiatannya membantu orang-orang yang membutuhkan darah. Kami tidak sering mengadakan acara donor darah massal karena lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan donor yang mendadak. Organisasi yang berdiri pada April 2009 ini merupakan gerakan hati dari sekumpulan teman-teman saya.

Maksudnya?

Saya lempar ide membantu darah ke seorang teman lalu kami berdua bikin konsepnya. Ternyata mendapat respons yang bagus. Anggotanya pun berkembang cepat, jadi 44 orang. Sekarang, ada 4 ribu anggota yang siap donor. Anggota kami di jejaring sosial Facebook sudah mencapai 400 ribuan orang di Indonesia dan luar negeri. Kami juga memanfaatkan Twitter karena banyak digunakan anggota kami. Padahal, dulu orang enggak tahu apa itu BFL.

Apa motivasi Anda mendirikan BFL?

Waktu itu ibu saya terkena kanker dan harus cuci darah. Saat saya tengah di rumah sakit, saya melihat seorang ibu yang anfal. Anaknya panik karena tidak ada stok darah, tidak ada yang mendonor. Padahal saya tahu, banyak orang yang mau mendonorkan darahnya, tapi mereka tak tahu harus ke mana. Saya pikir, kenapa saya enggak bikin semacam wadah kecil bersama teman-teman untuk mengatasi masalah ini?

Dengan mendonor langsung ke pasien yang membutuhkan, ada birokrasi yang bisa dipotong oleh pencari donor, sehingga nyawa pasien bisa lebih cepat diselamatkan.

Apa contoh kasusnya?

Pernah ada pasien yang butuh darah AB. Orang itu sudah sejak lama menderita kanker rahim dan harus dioperasi. Dia bingung ke mana mencari stok darah. Begitu dia menghubungi BFL, saya langsung menyebarkan berita itu lewat jejaring sosial. Dalam waktu setengah jam, ada banyak orang yang menyatakan siap donor. Keesokan paginya, orangtua pasien memberitahu bahwa anaknya sudah bisa dioperasi karena sudah mendapat darah yang cukup.

Lalu, dunia keseharian Anda sendiri apa?

Saya bekerja sebagai Account Manager di sebuah perusahaan logistik, meski saya lulusan Teknik Mesin UI. Anak saya tiga, Aurelia Prinisha M (10), Andre Vivaldi Pratama (7), Adrian Hiroshi Pratama (4). Selain itu, saya punya kesibukan menulis buku dan blog.

Anda dan suami juga jadi pendonor?

Hahaha... suami saya, Coody Johasman, takut jarum. Dulu saya juga mendonor, tapi sejak sakit, trombosit darah saya mudah mengental, jadi justru enggak boleh mendonor. Sedih, sih, tapi akhirnya saya mencoba membantu mencari donor dengan cara seperti ini. Syukurlah sekarang sudah membaik, sudah enggak perlu minum obat lagi. Mudah-mudahan saya bisa mendonor di Hari Pahlawan nanti.

Mengapa BFL lebih fokus pada kebutuhan donor darah yang mendadak?

Sebab, tak semua kasus yang ada bisa diatasi dengan stok darah. Ada beberapa kasus untuk penyakit tertentu yang harus ditangani dengan darah segar, artinya yang baru saja didonorkan. Syukurlah, sekarang banyak anggota yang bersedia mendonor pada jam berapa pun dibutuhkan.

Hasuna Daylailatu / bersambung