T: Mengapa pada beberapa ibu, ASI tidak keluar?
J: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, dimana produksi hormon-hormon tersebut juga dipengaruhi beberpa kondisi di lingkungan ibu setelah melahirkan.
Hormon prolaktin (hormon yang merangsang pembentukan air susu, red.) misalnya, pada saat setelah melahirkan dapat menurun produksinya jika tidak sering menyusui sang bayi. Hormon yang diproduksi sejak awal terbentuknya plasenta ini, dapat bertahan tinggi seiring refleks isapan bayi yang sering. Dengan menyusui sesering mungkin dapat mempertahankan hormon prolaktin tetap tinggi meski plasenta/tali pusat telah dipotong.
Sebaiknya sedini mungkin bayi difasilitasi untuk menyusu pada ibu, dan bila perlu sesering mungkin. Bicarakan dengan pihak rumah sakit atau dokter sejak sebelum melahirkan mengenai fasilitas menyusui ini. Apakah pihak rumah sakit atau rumah bersalin bersedia memberikan pelayanan rawat gabung (rooming in) ibu dan bayi, dengan catatan tidak ada kondisi yang memerlukan observasi khusus oleh dokter.
Hormon lain yang juga memengaruhi produksi ASI adalah hormon oksitosin. Hormon yang berada di dalam otak ini berfungsi memacu kontraksi uterus serta mengejeksi ASI. Biasanya hormon oksitosin diproduksi ketika Ibu merasa tenang, santai, bahagia dan tidak stres. Kondisi tenang dan tidak stres ini juga bisa didapat melakui skin to skin contact antara Ibu dengan bayi. Inilah mengapa pada inisiasi menyusui dini juga diberikan kesempatan kontak kulit antara ibu dan bayi karena dapat memberikan rasa percaya diri pada Ibu. Berikutnya, semakin sering Ibu menyusui bayi juga dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin.
Secara keseluruhan dapat dikatakan, rangsangan isapan bayi pada puting ibu dapat meningkatkan produksi prolaktin dan oksitosin sehingga produksi ASI meningkat seiring frekuensi pemberian ASI.
T: Benarkah operasi caesar juga bisa menyebabkan ASI tidak keluar?
J: Berdasarkan pengalaman pribadi saya, 85 persen bayi yang dilahirkan dengan Sectio Caesaria bisa tetap mengonsumsi ASI tanpa susu formula. Memang ada beberapa kasus yang di awal-awal memberikan ASI dicampur dengan pemberian susu formula dengan berbagai alasan. Namun sepanjang Ibu tetap menjalankan prinsip-prinsi seperti di atas (inisiasi dini dan sering memberi ASI, red.) sebenarnya tetap bisa memberikan ASI pada bayi.
T: Benarkah payudara yang kecil tidak bisa menghasilkan ASI yang cukup?
J: Tidak betul. Payudara kecil tetap bisa menghasilkan ASI yang cukup.
T: Bila ASI tidak keluar, bilamana bisa ditolerir?
J: Cadangan kebutuhan bayi akan intake ASI sebenarnya masih cukup baik bila berat badan bayi tak lebih dari 10 persen turunnya, atau disertai pipis dengan bercak merah, suhu badan bayi naik (tak normal). Bila ketiga hal tersebut tak terjadi, tidak harus segera memberikan susu formula.
Namun bila ditemui salah satu atau ketiga gejala tersebut, berikan susu formula dengan cara menyendok sembari tetap menyusui. Sangat disarankan ketika hamil, Ibu mengikuti kelas antenatal agar mengetahui bagaimana ASI diproduksi serta kiat suksesnya. Umumnya kejadian kesulitan dengan produksi ASI jarang ditemui ketika Ibu telah mengerti seluk beluk tentang ASI.
T: Bila puting ibu lecet, bolehkah menghentikan sementara proses menyusui?
J: Coba perbaiki posisi menyusui yakni dengan memastikan mulut bayi melekat tepat ke payudara Ibu. Bila luka makin parah hingga menyebabkan ibu kesakitan, boleh istirahat sementara namun ASI tetap diperah.
T: Apa yang bisa dilakukan bila puting ibu tenggelam?
J: Agar puting tak terus tenggelam, saat hamil ibu dapat saja mengupayakan menarik puting. Ini juga bisa dilakukan sembari dibantu oleh suami.
Namun bila puting tenggelam dan telah melahirkan, dengan perlekatan mulut bayi yang benar, puting yang tenggelam juga bisa keluar. Perhatikan saja posisi menyusui dan mulut bayi secara tepat.
T: Apa yang dimaksud dengan bingung puting?
J: Bila bayi diberi botol dot, bayi dapat mengalami bingung puting atau tidak nyaman menetek langsung pada Ibu. Ini disebabkan cara bayi menyusu dari botol dot tidak sama dengan saat menetek langsung ke payudara.
Bingung puting bisa dikenali dari gejala, bayi menetek dengan sebentar-sebentar dilepas, menarik-narik puting atau bahkan menolak puting Ibu.
Laili Damayanti / bersambung
Narasumber: Dr Igan Ayu Pratiwi, SP.A, MARS