Madu Membuat Cerdas

By nova.id, Minggu, 3 April 2011 | 17:06 WIB
Madu Membuat Cerdas (nova.id)

Madu Membuat Cerdas (nova.id)

"Iman/nakita "

Banyak pembaca bertanya soal pemberian madu buat bayi dan anak serta manfaatnya. Ternyata, bukan cuma nakita, lo. yang kebanjiran pertanyaan soal madu ini. Dr. H. Adi Tagor, Sp.A., DPH pun demikian. "Wah, saya sampai pusing menjawabnya, karena saking banyaknya orang tua yang bertanya," ujar staf medik pediatri pada RS Pondok Indah, Jakarta ini.

Harusnya, kata Adi Tagor, ada kerja sama antara Depkes, Ditjen POM (Pengawasan Obat dan Makanan), dan Lembaga Konsumen Indonesia dalam hal perlindungan mengenai madu bagi bayi dan balita. "Merek-merek madu apa saja yang aman dikonsumsi, sehingga orang tua pun tak kebingungan dan tak gelisah akan kemurniannya yang tak dipalsukan, serta kebebasannya dari hama dan zat-zat tambahan lain yang tak baik untuk anak. Dengan demikian, anak terlindungi dan para dokter anak pun bisa menjawab madu apa saja yang aman dikonsumsi," jelasnya.

Lo, memangnya ada apa dengan madu yang selama ini beredar di pasaran, Dok?

HARUS YANG DIMURNIKAN

Sebenarnya, tutur Adi Tagor, menurut riwayat-riwayat nonmedis dari zaman dulu kala, madu boleh diberikan sejak bayi baru lahir. Hal senada diungkap pula oleh pakar obat tradisional, Prof. H. Hembing Widjayakusumah pada kesempatan terpisah, "Madu sudah dipakai beribu-ribu tahun lalu, bukan sekarang saja. Jadi, boleh saja diberikan pada bayi dan anak."

Hanya, tambah Adi Tagor, memang ada kontroversinya. "Dari penelitian modern, madu yang asli, yaitu yang diperas dari sarang tawon, ternyata ditemui ada kaki-kaki tawonnya juga yang membawa kuman." Di sini persoalannya karena tawon, kan, enggak hanya hinggap pada bunga lalu pulang ke rumahnya; kadang ia pun mampir ke tempat-tempat lain seperti mengacak-acak sampah dan lainnya. "Nah, ada yang namanya clostridium botulinum. Spora dari clostridium botulinum ini bisa tumbuh dalam tubuh anak dan menyebabkan botulism. Gejalanya: anak mengalami panas, kembung, dan kejang. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian."

Itulah mengapa, madu yang dibolehkan untuk bayi dan balita hanya yang refined dan purified with no additive (sudah dibersihkan dan dimurnikan). "Jadi, tak boleh madu asli yang masih ada lilin-lilin atau sarang tawonnya, karena ditakutkan ada bahaya mikrobiologinya, yaitu spora dari clostridium botulinum tadi." Terlebih buat bayi, "selain harus madu yang steril, juga jangan madu palsu karena bisa menimbulkan berbagai reaksi." Jikapun bayi dan balita ingin diberikan madu asli, menurut Hembing, boleh saja, "asal disterilkan dulu, yaitu dimasak panas agar kumannya mati."

Madu refined dan purrfied, tutur Adi Tagor, di Amerika dan Eropa biasanya disebut honey jam, jadi dalam bentuk selai. Ada juga merek tertentu yang terkenal dan di Indonesia bisa ditemui di outlet atau supermarket khusus tempat orang asing berbelanja. Untuk madu-madu lokal juga ada yang sudah dimurnikan dan dijual di apotik-apotik.

KANDUNGAN MADU

Menurut Adi Tagor, salah satu zat paling bagus yang dikandung madu ialah fruktosa atau gula buah. "Gula buah ini dikumpulkan oleh lebah-lebah dari nectar, yaitu cairan yang berada pada bunga dan biji bakal buah. Ditambah lagi pollen atau butir-butir kecil seperti sagu (puting sari, red.) yang ada di bunga. Lebah membawa pollen untuk menyerbuki bunga jantan yang nantinya menghasilkan buah. Nah, lebah mendapat upahnya, yaitu madu," terangnya.

Madu, terangnya lebih lanjut, memang merupakan persiapan untuk tumbuhnya anak-anak lebah. "Makanya, lebah bisa bertumbuh dengan cepat. Jadi, ada faktor-faktor alam yang belum diketahui yang memicu pertumbuhannya." Itu sebab, tambahnya, pertumbuhan manusia cocok dengan filsafat madu. "Manusia itu, kan, sewaktu baru lahir belum matang. Ginjalnya baru matang di tahun pertama, livernya di tahun kedua, dan otaknya di tahun keenam. Jadi, masih dalam proses pembangunan. Nah, organisme yang sedang tumbuh ini, bila diberikan zat-zat yang memicu pertumbuhan secara alamiah, akan jauh lebih bagus dibandingkan yang secara kimia seperti obat pemicu nafsu makan, berat badan, dan sebagainya. Itu tak bagus karena bisa banyak efek efeknya."