Hampir semua penelitian mengatakan, perceraian dapat menimbulkan masalah padaperkembangan pribadi dan sosial anak.
Efek Negatif
Menurut sebuah studi di tahun 2011, American Sociological Review, dampak negatif sosial pada anak-anak (yang diakibatkan perceraian, Red.) umumnya dimulai ketika proses perceraian itu dimulai. Kesedihan, kesepian, kecemasan, masalah perilaku, dan berkurangnya harga diri cenderung dialami anak.
Anak-anak, dalam penelitian itu, dikatakan menjadi sosok yang tidak percaya diri di hadapan teman-temannya, kemampuan belajarnya berkurang, begitu juga dengan keterampilan sosial interpersonalnya.
Saat proses perceraian selesai, masalah tidak serta-merta selesai. Yang ada malah jadi lebih buruk. Apabila anak "terpaksa" pindah dari lingkungannya (karena mengikuti salah satu orangtuanya, Red.), lingkungan anak yang sebelumnya sudah sangat diakrabinya akan terputus. Salah satu orangtua, khusunya ibu yang tidak bekerja, juga akan kehilangan pendapatannya. Ini mau tak mau menciptakan beban tambahan bagi keluarga.
Perasaan Bersalah
Anak-anak sering kali menjadi subyek masalah perceraian. Argumen tentang hak asuh anak, dukungan, serta jadwal kunjungan bisa jadi sumber perasaan bersalah, kebingungan, dan depresi. Hal itu juga, secara internalisasi, menciptakan perasaan bersalah, berpikir bahwa merekalah yang menyebabkan keretakan orangtua.
Bertindak di Luar Jalur
Anak korban perceraian cenderung bertindak di luar kendali dan agresif. Mereka kesulitan membangun dan menjaga persahabatan.
Untuk anak-anak remaja, perceraian bisa saja melibatkan mereka dalam kenakalan seksual dan perilaku nakal lainnya.
Sedangkan untuk anak yang lebih dewasa, anak mungkin mengalami kesulitan membangun hubungan serius dengan pasangannya.