Apa kesibukan Anda sehari-hari?
Saya menjabat sebagai Ketua Divisi Plastik dan Rekonstruksi Departemen THT FKUI-RSCM, kepala bagian penelitian RSCM, dan staf pengajar Departemen THT FKUI-RSCM. Selain itu, saya juga praktik sebagai ahli THT di tiga rumah sakit sekaligus. Yaitu, RSCM (Cipto Mangunkusumo), Rumah Sakit Triadipa Pasar Minggu, dan RS Bintaro.
Wah, jadwal Anda padat sekali. Kasus apa yang ditangani Divisi Plastik dan Rekonstruksi?
Kasus-kasus kelainan bawaan. Salah satunya daun telinga kecil. Ketika mengambil S3, saya mempelajari kasus daun telinga kecil. Derajat kelainan bentuk mulai ringan sampai berat. Mulai dari daun telinga kecil sampai seperti tidak terbentuk sama sekali. Kelainan ini seringkali disertai dengan tidak terbentuknya liang telinga, kelainan telinga tengah, dan gangguan perkembangan tulang pendengaran. Akibatnya terjadi gangguan pendengaran.
Sering orang berpikir, ini hanyalah cacat telinga tentang kelainan estetika. Padahal, sebetulnya disertai dengan kelainan telinga yang mengganggu pendengaran. Sayangnya, masih banyak orangtua yang kurang memahami hal ini.
Bahkan, beberapa waktu lalu saya pernah membaca di sebuah majalah, ada seorang ibu yang kebingungan karena telinga anaknya kecil. Ia mencoba membawa anaknya ke luar negeri. Padahal, di RSCM sudah bisa mengatasi kasus-kasus seperti ini. Barangkali memang perlu lebih banyak sosialisasi ke masyarakat.
Banyak enggak, sih, kasus seperti ini di Indonesia?
Sampai sekarang belum ada datanya. Namun, di luar negeri kasus seperti ini sudah cukup banyak. Satu dari 10 ribu kehamilan bisa menyebabkan telinga kecil.
Kenapa cacat bawaan ini bisa terjadi?
Ada gangguan peredaran darah waktu janin. Bisa saja saat mengandung, si ibu banyak mengonsumsi obat-obatan, jamu-jamuan, minum alkohol, penggunaan vitamin A yang berlebihan. Makanya cara mencegahnya ya, harus hidup sehat. Jangan minum alkohol, jangan merokok saat hamil. Yang juga penting, tentu memeriksakan kehamilan dengan baik, agar kelainan itu bisa dideteksi lebih dini.
Bagaimana caranya memperbaiki kelainan itu?
Tentu dengan operasi. Istilahnya dilakukan rekonstruksi telinga. Tujuannya memperbaiki kelainan. Baik dalam hal estetika maupun fungsional. Pada rekontruksi, usia pasien menjadi pertimbangan, sebaiknya anak berusia 6-8 tahun. Rekonstruksi dilakukan dengan cara mengambil tulang iga. Dia, kan, tulang rawan yang paling gampang diambil. Tidak berbahaya, kok. Tulang iga ini, kan, bisa tumbuh kembali.
Langkah awal, kami perlu melakukan tes pendengaran dan CT Scan. Setelah usianya cukup yaitu usia 6-8 tahun, operasi tahap pertama dilakukan. Tulang iga sudah cukup untuk ditanam, guna membentuk rangka telinga. Selain itu, telinga sisi normal telah mencapai pertumbuhan 80-90 persen ukuran dewasa, sehingga dapat digunakan sebagai contoh pembuatan rangka telinga.
Sampai enam bulan, kami akan mengadakan perawatan. Berikutnya pendengarannya bisa dibetulkan. Paling tidak meningkat lebih baik.
Kalau penanganan terlambat berakibat fatal enggak, sih?
Sebenarnya tidak. Rekonstruksi di atas usia tersebut masih bisa, tapi tulang iganya suka banyak pengapuran. Masalahnya, keterlambatan bisa mengakibatkan anak mengalami gangguan psikis. Ketika mulai masuk sekolah, si anak merasa lain dibandingkan dengan teman-temannya. Akibatnya dia bisa minder.
Apalagi, seperti saya katakan, kelainan ini bisa mengakibatkan gangguan pendengaran. Kalau kedua daun telinganya mengalami kelainan, tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Ada kemungkinan anak bisa tuna rungu. Kalau cacat terjadi pada satu telinga, masih mendingan karena sisi sebelahnya normal. Selama ini, yang lebih sering terjadi adalah kelainan satu sisi.
Tapi bukan berarti si anak mengalami tuna rungu, kan?
Kalau hanya satu sisi, jelas bukan. Kan, sisi sebelahnya normal. Tapi kalau kedua-duanya mengalami cacat, dia memang bisa tidak mendengar. Selama ini yang terjadi satu sisi. Nah, dengan pemeriksaan lebih awal, sebelum masa operasi tiba, kami bisa memberi alat bantu pendengaran pada anak.
Operasi juga tidak bisa sekali. Rekonstruksi perlu tatalaksana yang komprehensif. Perlu melibatkan satu tim. Pertama, iga kami ambil dan tanam setelah dibentuk rangka. Setelah 3-6 bulan, diberdirikan. Tim dokter akan melihat bagaimana kondisi liang telinga. Kalau tertutup, kami akan melebarkannya.
Henry Ismono / bersambung