Sebentar-Sebentar Ditelepon

By nova.id, Sabtu, 4 Juni 2011 | 17:03 WIB
Sebentar Sebentar Ditelepon (nova.id)

Punya pasangan terlalu perhatian juga nggak enak, lo. Tapi kalau kurang perhatian, lebih nggak enak lagi. Serba salah, ya?

Siapa, sih, yang tak suka diperhatikan? Tapi jika sebentar-sebentar ditelepon padahal kita lagi sibuk dengan urusan pekerjaan kantor atau anak di rumah, kan, jengkel juga. Sementara yang diomongin bukan hal-hal penting, cuma ingin "mengecek" lagi ngapain, sudah makan belum, pulang jam berapa, dan hal-hal kecil lainnya, atau malah hanya sekadar untuk bilang, "Aku sayang kamu."

Menurut Dra. Adriana S. Ginanjar, MS, wajar bila kita kesal atau risih mendapat perhatian berlebih seperti itu. Apalagi bila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan cenderung klise seolah tak ada bedanya dengan pertanyaan seorang ibu/bapak yang begitu khawatir pada gadis kecilnya. Dari sisi si pasangan juga wajar karena ada semacam kecemasan terhadap pasangannya sekaligus kebutuhan untuk selalu dekat. Itu sebab, dia berusaha menjaga kontak atau menjalin komunikasi dengan banyak tanya dan bolak-balik telepon, misal.

TERJADI PERGESERAN

Sebetulnya, tutur Ina ­sapaan akrab psikolog ini, masalah muncul karena perbedaan gaya dalam memberikan perhatian atau mengekspresikan bentuk cinta. Salah satu pihak, perhatiannya dirasakan berlebih, sementara pasangannya biasa-biasa saja atau bahkan terkesan cuek untuk hal yang satu ini. Lain soal, jika kedua belah pihak memang menyukainya atau minimal salah satu pihak tak merasa diintervensi terlalu jauh.

Yang jelas, secara umum ada batas tertentu untuk menilai porsi perhatian yang diberikan pada pasangan termasuk normal atau tidak. Jika perhatian istimewa pada waktu-waktu khusus seperti ulang tahun pasangan atau ulang tahun perkawinan maupun momen-momen bersejarah mereka berdua, jelas wajib "hukum"nya. Sedangkan untuk hal-hal sehari-hari dianggap wajar jika orang tak terlalu memfokuskan diri ke sana. Tak harus selalu janjian makan siang bersama atau bolak-balik telepon, misal.

Apalagi untuk pasangan yang sudah menikah sekian lama, hingga kebiasaan/pandangan mereka pun umumnya sudah mengalami pergeseran atau perubahan. Tak heran bila hal-hal yang semasa pacaran begitu diagung-agungkan sebagai bentuk perhatian, dengan berjalannya waktu justru kini dianggap norak. Bisa dimaklumi karena mereka yang baru membina kasih atau berada di awal perkawinan, otomatis cintanya masih menggebu. Tanpa diminta pun, telepon, kartu ucapan, kado atau bentuk-bentuk perhatian kecil lainnya akan mengalir tanpa henti.

Sedangkan yang sudah berkeluarga bertahun-tahun, biasanya sudah sibuk dengan dunia masing-masing. Entah dunia kerja, kegiatan bersosialisasi atau urusan rumah tangga yang cukup menyita waktu, hingga fokus perhatian tak lagi mengarah pada upaya memberi perhatian pada pasangan. Meski tak jarang, pergeseran/perubahan ini juga bisa bikin sakit hati pasangannya, "Dulu, kok, kamu perhatian banget, sih, sekarang ulang tahunku saja belum tentu ingat." Bila kita coba mengingatkan, "Ini hari apa, ya?", pasangan yang benar-benar lupa akan dengan enteng menjawab, "Oh, hari Senin." Sebel, kan?!

Meski bisa dimaklumi kalau dalam keseharian mereka lalu enggak kelewat romantis lagi, semisal tak saling berpegangan tangan. "Ini, kan, proses alamiah. Mana ada, sih, orang yang masih pacaran intensitas perhatiannya sama dengan mereka yang sudah berkeluarga puluhan tahun? Pasti beda, dong! Pada pasangan muda perasaan deg-degannya lebih sering dengan tatapan mata sangat intensif, sementara pasangan yang lebih berumur bisa jadi friendship dan tanggung jawab masing-masing lebih terasa," tutur pimpinan Mandiga, Pendidikan Terpadu Anak Autisma, ini.

Kendati terbilang wajar, Ina mengharapkan perubahan tadi tak kelewat drastis yang hanya menyisakan tanda tanya besar di hati pasangan, "Sebenarnya masih sayang sama aku enggak, sih?"

TERGANTUNG BUDAYA KELUARGA

Pasangan yang gemar memberi perhatian berlebihan, menurut Ina, bagaimanapun dipengaruhi oleh pola pengasuhan dalam keluarganya. Bukankah ada keluarga yang sangat tinggi closeness need-nya? Antar anggota keluarga akrab sekali, hingga peluk dan cium menjadi bagian hidup sehari-hari. Saat berulang tahun pun selalu rame-rame, saling kasih kado dan oleh-oleh khusus ke mana pun mereka pergi. Sebaliknya, ada keluarga yang bersahaja sekali. Jangankan kado, memberi ucapan per telepon pun belum tentu. "Kebiasaan-kebiasaan ini umumnya akan terbawa dan ikut mewarnai kehidupan perkawinan mereka."