Si Buyung Mencemburui Ayah, Si Upik Mencemburui Ibu

By nova.id, Selasa, 7 Juni 2011 | 17:01 WIB
Si Buyung Mencemburui Ayah Si Upik Mencemburui Ibu (nova.id)

Ini bisa terjadi, lo, karena cemburu pertanda anak merasa tak aman. Ia takut tak disayang lagi.

"Ah, masa, sih, anak sekecil itu sudah bisa cemburu? Lagian, sama ayahnya sendiri, kok, cemburu," begitu pikir kita. Padahal, meski masih batita, si Buyung juga bisa, lo, cemburu sama ayahnya, atau si Upik cemburu pada ibunya.

Menurut teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, pada masa transisi dari usia batita ke usia prasekolah, anak akan mengembangkan ketertarikan yang kuat atau rasa ingin dekat dengan orang tua lawan jenisnya. Hingga, kala ayah berdekat-dekatan dengan ibu, si Buyung pun cemburu. Ia menganggap cinta ibunya akan diambil ayah. Jadilah ia mengembangkan rasa permusuhan pada ayah. Hal serupa juga terjadi pada si Upik yang mencemburui ibunya karena menganggap si ibu akan mengambil cinta ayahnya. "Kalau dijelaskan secara rasional memang sulit," kata Evi Sukmaningrum.

Namun menurut Freud, jelas psikolog dan staf pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta ini, anak yang masih kecil punya kecenderungan merasa nyaman ketika dekat dengan orang tua yang berlainan jenis kelamin. "Anak perempuan akan mengembangkan ketergantungan yang tinggi pada ayah, sementara anak laki-laki pada ibu."

Masih menurut Freud, lanjut Evi, agar si kecil dicintai oleh orang tua lawan jenisnya, ia akan melakukan identifikasi. Jadi, si Buyung akan berusaha sama seperti ayahnya agar dicintai ibunya, sebaliknya si Upik akan berusaha sama seperti ibunya untuk mendapatkan cinta ayahnya. Dari sinilah berkembang self identification si kecil, ia akan mencontek sikap bicara sampai gaya jalan orang tuanya.

TERIKAT PADA SATU ORANG TUA

Terlepas dari teori Freud, secara logika, jelas Evi, kecemburuan si kecil disebabkan ada ketergantungan yang tinggi pada salah satu orang tua, hingga ia tak mau membagi kasih sayang atau atensi pada orang tua yang satunya. Jadi, pada diri anak, entah si Upik atau Buyung, ada keinginan mendapatkan rasa sayang yang berlebihan dari salah satu orang tua saja, biasanya yang menjadi caregiver utama.

Misal, si Upik yang biasa diasuh oleh ibu akan merasa cemburu bila melihat ibu sedang bersama ayah. "Ia tak mau menerima si ayah karena ada perasaan terancam atau rasa takut bahwa kasih sayang si ibu akan terbagi dengannya." Atau, bila si ayah yang biasa mengasuhnya, maka si Upik pun akan lebih dekat dengan ayahnya. Hingga, ia pun akan mengembangkan sikap serupa, yaitu takut kasih sayang ayah terbagi dengan ibu.

BIKIN TAMBAH CEMBURU

Celakanya, tak sedikit orang tua yang menganggap lucu kecemburuan si kecil lantaran si kecil melampiaskannya dengan berguling-guling di lantai atau berusaha menjauhkan ibu dari si ayah sambil menangis. Hingga, orang tua jadi terdorong menggoda, "Lihat, nih, Bunda, Ayah ambil!"

Padahal, sikap orang tua yang demikian hanya membuat anak makin merasa terancam, kok, Bunda malah bersekongkol dengan Ayah untuk memisahkan cinta dia dan si Bunda (atau sebaliknya). Selain, akan menimbulkan kecemasan atau ketakutan yang tinggi pada anak karena orang tua tak mendukungnya untuk memberikan kasih sayang, tapi malah memperlihatkan seolah-olah akan meninggalkan.

Jika hal ini terus-menerus terjadi, anak akan merasa dirinya tak menjadi spesial buat orang tuanya, karena kasih sayang ayah-ibu hanya untuk mereka berdua. Akhirnya, anak akan berpikir, "Ayah cuma sayang sama Bunda, Bunda cuma sayang Ayah, aku enggak!"