Yang penting justru jangan dipaksa, ya, Bu-Pak. Sebab, si kecil malah bisa jadi tambah trauma, lo!
Lagipula sudah jadi rahasia umum, kok, bila anak-anak tak suka makan sayur. Coba, deh, Ibu-Bapak bertanya pada tetangga sekitar rumah, kebanyakan dari mereka akan memiliki problem sama. "Memang, anak yang suka makan sayur paling satu atau dua orang. Sedangkan kebanyakan biasanya sulit. Hal itu sudah menjadi kenyataan di mana-mana," jelas Lilik Sri Hartati Raubun SKA, Kepala Seksi Bidang Penunjang Medik II Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Yang kerap terjadi, penyelesaian dilakukan dengan pemaksaan. Akhirnya terjadilan "perang" ibu dan anak. Tak sedikit yang kemudian berkonsultasi ke ahli gizi. "Mereka mengeluh 'Dok, kok, anak saya enggak suka sayur, sih? Padahal sudah saya paksa, lo. Sampai saya jejelin, tetap saja dia tidak mau makan.' Menurut saya tindakan tersebut kurang tepat. Makan sayur sebaiknya jangan dipaksakan karena semakin dipaksa anak semakin trauma dan semakin tak menyukai sayur," tegas Lilik
BISA DIGANTI
Memang, kita akui makanan yang baik harus memiliki gizi seimbang. Untuk mendapatkan gizi yang baik, dalam makanan si kecil harus ada sumber karbohidrat, sumber lemak, sumber protein dan sumber vitamin. Misal, nasi berfungsi sebagai karbohidrat, sedangkan lauk-pauk sebagai sumber protein dan lemak. Nah, sayuran termasuk salah satu sumber vitamin. "Namun jangan lupa, selain sayuran, sumber vitamin juga bisa didapat dari buah-buahan." Jadi menurut Lilik, sayuran bisa diganti dengan buah-buahan.
Dengan kata lain bila si kecil menolak makan sayur sampai mengatupkan mulutnya, ya, enggak perlu dipaksa. "Untuk sementara enggak makan sayuran enggak apa-apa. Apalagi bila anak sama sekali enggak mau menjamah sayur." Cobalah untuk sementara waktu, sumber vitamin diganti dengan buah-buahan. Tambahkan porsi buah-buahan dalam menu sehari-hari untuk menggantikan sayur. Fungsi buah dan sayur pada makanan sama, tak ada perbedaan sehingga bisa saling menggantikan. Pada umumnya anak akan menyukai hampir semua jenis buah-buahan," kata Lilik.
Tapi, bukan berarti sayuran terus dilupakan begitu saja, lo. Sumber vitamin tersebut harus diperkenalkan setiap hari pada si kecil. Cara memperkenalkannya membutuhkan trik khusus. Salah satunya Ibu bisa menyulap sayuran menjadi makanan yang menarik sehingga si kecil tertarik untuk mengkonsumsinya. Misal, Ibu bisa membuat kue atau cake dari wortel. Atau buatlah menu dengan bahan sayur-sayuran seperti wortel dan labu siam menjadi seperti es buah. "Dengan dipotong kecil-kecil sayuran tersebut jadi tersamar dan tidak kelihatan sebagai sayur. Diharapkan dengan begitu anak jadi mau memakannya." Bisa juga sayuran tadi dicampur dengan bahan lain, seperti telur. Jadi selain tersamar, rasanya pun berbeda. "Karena, kan, anak biasanya enggak mau makan sayur karena rasanya ada pahit-pahitnya".
Cara lainnya, dengan menggunakan alat bantu makan yang menarik. Ibu-Bapak bisa menggunakan piring atau mangkuk lucu untuk memancing si kecil. Secara psikologis si kecil yang masih balita akan suka melihat gambar binatang lucu yang menempel di alat makannya. "Kronologisnya mungkin begini, anak suka melihat gambar yang ada di alat makannya sehingga jadi terhibur. Maka ketika dia disuruh bilang 'Aaaa', ya, dia nurut karena dia lupa sehingga makanan bisa masuk ke mulutnya. Lain kalau anak sedang serius, dikasih juga dia enggak mau. Jadi Ibu memang dituntut harus kreatif."
SEJAK BAYI
Namun, Bu-Pak, cara paling efektif agar anak menyukai sayur adalah dengan memperkenalkannya sejak mereka masih bayi. Tepatnya ketika ia sudah boleh mengkonsumsi makanan semi padat; sekitar usia 6 bulan. Sayuran tersebut dicampur ke dalam nasi tim saring. Biasanya untuk awal, pilih sayuran yang berserat rendah; wortel, tomat, labu kuning, kangkung atau bayam. Bayam boleh, kok, dikonsumsi bayi. Hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal. Misal, masak bayam untuk sekali saja. Jadi, jangan masak untuk dua porsi; satu porsi untuk makan siang, kemudian porsi berikutnya dihangatkan untuk makan sore. "Sebaiknya untuk bayam Ibu masak dua kali; siang dan sore. Karena bila bayam dipanaskan kembali maka kandungannya sudah tidak baik lagi untuk bayi."
Setelah usia bayi menginjak sekitar 8 bulan, sayur-sayuran bisa disajikan dalam bentuk lebih kasar. Jadi Ibu tak perlu memblender lagi namun cukup mencincang saja. Jenis sayurannya juga sudah bisa ditambah dengan yang berserat lebih kasar, semisal kacang panjang atau buncis. "Untuk balita terutama yang memiliki kelainan saluran cerna, sayuran yang menimbulkan gas seperti kol dan sawi perlu dihindari dulu. Dikhawatirkan anak menjadi kembung dan malah rewel."
Nah, dengan memperkenalkan sayuran sejak dini, si kecil akan mengingat rasa sayuran itu terus. Bukankah pada masa satu tahun pertama, memori bayi sangat kuat?