5 Kesalahan Memilih Makanan Organik

By nova.id, Selasa, 25 September 2012 | 01:27 WIB
5 Kesalahan Memilih Makanan Organik (nova.id)

5 Kesalahan Memilih Makanan Organik (nova.id)

"Ilustrasi "

Selayaknya kebanyakan tren makanan, kesalahan dari organik sebenarnya karena orang cenderung membuatnya seolah memiliki keuntungan  luar biasa. Dengan adanya review ini, beberapa kesalahan kerap dilakukan orang ketika memilih organik disimpulkan dalam 5 hal berikut.

1) Membuat organik sebagai tolok ukur "gaya hidup sehat". Sebaiknya buat daftar makanan yang nyaman dan dapat dinikmati keluarga. Beranggapan, dengan bahan baku organik  berarti telah menjalani gaya hidup sehat terkadang menjerumuskan. Misal, orang mengaku bergaya hidup sehat dengan organik tapi menggunakan satu sendokan besar mentega, makan daging berlemak, mengonsumsi banyak gula dan keju.

Satu hal yang ditekankan dalam studi AIM  kandungan nutrisi dalam makanan konvensional maupun organik sebenarnya bisa dikatakan sama saja. Menggunakan organik sebagai tolok ukur  menu sehat adalah sebuah kesalahan besar.

2) Mengasumsikan organik untuk semua jenis makanan. Organik dapat berarti berbeda pada beberapa jenis makanan. Pada dasarnya organik sama artinya dengan: tanpa bahan sintetis, pestisida maupun pupuk kimia (jika dalam pertanian). Akan tetapi sebenarnya beberapa produk konvensional telah memiliki standar tersebut, misalnya pada pisang yang rendah residu pestisida karena memang pisang memiliki kulit yang tebal.

Sedangkan makanan organik lain seperti produk olahan susu, daging merah, dan ayam  kerap dikatakan menggunakan suntikan hormon dan antibiotik. Sebenarnya, sudah banyak pemerintah yang melarang penggunaan hormon dalam peternakan. Pada April 2012, FDA (badan pengawas obat dan makanan Amerika, Red.) juga telah mengeluarkan  pedoman yang mengatur penggunaan antibiotik dalam peternakan. Dikatakan, hanya hewan yang sakit dan memerlukan pengobatan saja yang dapat diberikan antibiotik. Bukan untuk mencegah sakit maupun penggemukan.  Sebaliknya, dibanding percaya pada label organik, konsumen sebaiknya mencari tahu lebih banyak bagaimana hewan-hewan dibesarkan.  

3) Mengabaikan aspek kesehatan dari makanan.  Kesalahan lain dari memilih makanan organik, mengabaikan saran kesehatan lainnya.  Misal, ketika proses produksi telah dikatakan organik, proses pengiriman yang menempuh jarak jauh mungkin dapat merusak rasa dan kualitas bahan makanan.  Ini sama artinya dengan memetik buah sebelum masak dan mengirimkan dalam jarak yang jauh. Padahal ini tidak baik untuk lingkungan.

Mana yang lebih penting, hewan sumber makanan atau diet si hewan?  Penelitian menunjukkan, sapi yang makan rumput memproduksi daging dan susu yang berisi banyak  lemak menguntungkan, CLA (conjugated linoleic acid) , antioksidan dan asam lemak Omega 3. Hewan yang dibesarkan dengan cara konvensionalpun dapat tumbuh alami dengan standar mirip organik.

Sedangkan daging organik diperoleh dari hewan yang tak selalu makan rumput. Belum lagi, tak semua petani mampu  membayar "label organik". Tentunya ini berimbas pada harga produk organik pada akhirnya.

4) Percaya jika organik lebih sedikit mengandung kalori. Pada  sebuah studi di the Journal of  Judgment and Decision Making tahun 2010,  produk kue kering yang dinyatakan dibuat dengan bahan organik dikatakan memiliki kalori lebih sedikit dari kue kering yang tak berlabel organik. Sangat disayangkan oleh para peneliti, ada kesalahan penafsiran sehingga membuat pengonsumsi kue kering organik memakan dengan takaran berlebihan. Sebenarnya, kue kering organik tetap saja sebuah kue kering yang menyimpan kalori besar dalam bentuk yang mini.

5) Salah paham manfaat organik. Label  organik dalam beberapa pernyataan dikatakan mempengarhi pilihan makanan seseorang. Berdasarkan sebuah riset,  dikatakan produk organik mengurangi kontaminasi sekitar 30 %, kendati semua level sebenarnya masih di ambang batas aman. Dan, berdasarkan beberapa riset menunjukkan anak-anak yang mengonsumsi makanan organik memiliki residu pestisida dalam urinnya. Ini menjadikan orang tua lebih mempertimbangkan membeli produk organik yang menunjang pertumbuhan tubuh dan otak anak.

Faktanya, kita mungkin tidak tahu atau tidak pernah tahu jika kadar pestisida yang amat rendah dapat merusak dalam proses jangka panjang. Organik sendiri, sebenarnya lebih memiliki imbas langsung pada kepedulian lingkungan dan kesejahteraan hewan. Sedangkan kesehatan dan nutrisi lebih dipengaruhi proses penyajian makanan.