MENANTI NASIB SATINAH DI ARAB SAUDI GALANG DANA TERUS DILAKUKAN

By nova.id, Kamis, 10 April 2014 | 05:27 WIB
MENANTI NASIB SATINAH DI ARAB SAUDI GALANG DANA TERUS DILAKUKAN (nova.id)

MENANTI NASIB SATINAH DI ARAB SAUDI GALANG DANA TERUS DILAKUKAN (nova.id)

""

Rumah kediaman keluarga Satinah terletak di Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah. Di rumah itu, Satinah tinggal bersama beberapa keluarga. Nur Afriani (20) anak semata wayang Satinah dengan Ruli, menolak menemui media lantaran ia merasa tak sehat dan meminta Sulastri (39), sang bibi untuk menggantikannya.

Sulastri lalu mencoba mengingat-ingat peristiwa di tahun 2008, ketika teman Satinah datang ke rumah mengantarkan kabar, Satinah dalam masalah di Arab Saudi sehingga tak bisa memberi kabar ataupun mengirim uang ke kampung. "Saya lupa persisnya, tapi pertama kalinya keluarga besar tahu kondisi Satinah ada di tahanan, ya, saat temannya itu ke rumah. Dia juga bawa surat dan hadiah jepit rambut yang ada nomor teleponnya untuk kami menghubungi Satinah," cerita Sulastri.

Kabar yang datang enam tahun lalu itu tentu membuat keluarganya kaget. Terlebih Nur yang ketika itu masih berusia 14 tahun. "Sudah enam tahun berlalu sejak dapat kabar itu, kami hanya bisa mendoakan agar Satinah selalu diberi kesehatan, kekuatan, dan kesabaran," papar Sulastri.

Semula, kata Sulastri, keluarga hanya bisa pasrah, lantaran putusan hukuman mati sudah mutlak dijatuhkan kepada Satinah. Namun, vonis itu akhirnya ditunda dan Satinah diberi peluang untuk menerima pemaafan dari pihak keluarga majikan dengan syarat harus membayar uang diyat.

"Tahun 2011, kami sudah waswas, Satinah akan segera dihukum mati. Tapi ternyata ditunda sampai 2012 dan ditunda lagi sampai Juli 2013 dan Februari 2014. Keputusannya akan diambil April ini. Kami terus berdoa, semoga masih ada waktu untuk membebaskan Satinah dari hukuman mati."

Ibunda Satinah, Kemi (74), pun tak putus mendoakan putrinya. "Tiap Satinah telepon suka tanya, 'Mana Mak'e?' Dia juga minta Mak'e mendoakan dia. Biasanya Mak'e akan bilang, 'Ya, Nduk, didoakan dan cepat pulang. Mak'e kangen.' Begitu," tutur Sulastri menirukan Kemi, yang mendampinginya dan ikut mengangguk.

Pekerja Keras 

Di mata Sulastri, sejak muda Sutinah pekerja keras dan ulet. "Sejak dulu kami berteman. Dia pekerja keras, pernah kerja di Pasar Ungaran, di pabrik konveksi di Jakarta, sampai menikah di tahun 1993. Pokoknya ulet dan mau terus cari uang," kenang Sulastri.

Berawal dari keinginan mengubah nasib, Satinah memutuskan jadi TKI ke Arab Saudi. "Dia sudah jadi TKI sejak 2002. Pernah pulang dan berangkat lagi tahun 2004 sampai 2006. Nah, pas mau balik lagi ke sana, majikannya mau pindah ke Irak. Satinah ditawari ikut, tapi karena situasi Irak sedang perang, enggak jadi ikut dan dapat majikan baru. Tapi baru kerja tiga bulan, ada kejadian itu," terang ibu tiga anak itu. Satinah diduga meracuni sang majikan lantaran ia mendapatkan kekerasan dan tak diberi makan selama tiga bulan.

Oleh karena Satinah kerja di luar negeri, Nur diasuh Sulastri. "Saya sekolahkan Nur pas SMA, biar ada masa depannya. Nur penurut tapi pendiam, jadi jarang sekali cerita. Nur sayang sama ibunya," kata istri Paeri, kakak nomor lima Satinah.

Nur saat ini bekerja di BP3TKI Jawa Tengah. Menurutnya, Satinah adalah ibu yang selalu diteladaninya, ibunya sosok pekerja keras. Bahkan Nur juga mengungkapkan kesedihan hatinya dan keinginannya untuk bisa berkumpul dengan sang bunda.

Pesan Titip Anak

Kendati sejak 2007 nasib Satinah masih belum jelas, namun komunikasi Sulastri dengan Satinah tak pernah putus. Adik iparnya itu berkirim kabar dua minggu sekali. Akan tetapi, ia baru bisa bertatap muka langsung dengan Satinah pada Desember 2013. "Kami sudah tiga kali ke Arab Saudi, bertemu Satinah di penjara. Saya cuma diberi waktu 30 menit. Nah, Februari lalu suami saya dan Nur yang berangkat, mereka bisa bertemu Satinah hingga dua jam," ucap Sulastri.

Saat bertemu Satinah, Sulastri mengaku diberi pesan oleh Satinah untuk terus mendoakan agar masalah yang dihadapinya segera teratasi. Satinah juga berpesan, agar seluruh keluarganya ikut mendoakan keluarga majikannya agar dibukakan pintu hatinya untuk memaafkan serta menerima uang diyat yang ada.

"Minggu (23/3) lalu Satinah sempat menelepon Nur, tanya soal kabar dan pengumpulan uang diyat. Sayangnya, Nur lupa bilang kalau di Indonesia banyak orang menggalang dana untuk ibunya. Paling tidak biar hati ibunya ayem (tenang). Tapi Satinah sudah pasrah. Dia bilang, insya Allah diberikan yang terbaik oleh Gusti Allah."

Sulastri menambahkan, "Ya, dia sudah tahu kesalahannya, dia sudah bertobat dan insyaf. Tapi intinya tetap punya harapan pulang. Satinah bilang, seandainya ada yang ingin menikahi Nur, nikahkan saja. Tak usah tunggu dia pulang,"tutur Sulastri yang berjualan aneka camilan di rumahnya.

Senin (24/3), kata Sulastri, Nur dan suaminya ke Jakarta untuk bertemu anggota DPR untuk penggalangan dana. Ternyata, beberapa artis seperti Charly Van Houten (vokalis band Setia, Red.) juga ikut cari bantuan dengan mengajak Nur ngamen. Alhamdulillah, banyak yang kasih perhatian sama Nur dan Satinah," sahut Sulastri senang.

Galang Dana

Sulastri dan keluarga besarnya mengaku tak menyangka akan mendapatkan perhatian besar dari masyarakat. Menurut Sulastri, dana diyat yang diminta keluarga Nura Al Gharib sebesar Rp21 miliar, sedangkan yang terkumpul baru sekitar Rp12 milyar. "Alhamdulillah dana terus masuk. Banyak yang menggalang dana, dari gubernur sampai artis," puji Sulastri.

Jatuh tempo pengumpulan uang diyat seolah terus membayangi keluarga besar Satinah. Namun tak membuat langkah mereka surut. Nur bahkan tak henti berkeyakinan, sang bunda akan terbebas dari hukuman pancung. "Semoga ada waktu tambahan untuk mengumpulkan uang diyat. Ini, kan, berkenaan dengan nyawa, harus berjuang dan berdoa," tegas Sulastri yang tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu Satinah.

Menurut Sulastri, kondisi adik iparnya saat ini sudah lebih baik dan makin tekun beribadah. "Dia seperti ustazah, sering kasih ceramah tiap ada teman baru masuk penjara. Dia berikan nasihat dan semangat kepada TKW yang bernasib sama. Dia juga makin pintar baca huruf Arab gundul. Malah kata suami saya, Satinah sudah bisa bikin tasbih dan tas, dan digaji 150 real per bulan."

#SaveSatinah di Media Sosial

Sejak mencuatnya berita soal Satinah yang tengah menghadapi eksekusi hukum mati di Arab Saudi, sejumlah figur publik dan para tokoh di Tanah Air tak sedikit yang memberikan perhatian. Sebut saja penyanyi Melanie Subono, Charly Van Houten, dan selebriti Julia Perez (Jupe) turun tangan membantu mengumpulkan uang diyat bagi Satinah.

Lewat akun @melaniesubono, di Twitter ia mem-posting hingga berkali-kali soal cara membantu Satinah melalui nomor rekening pribadi Melani dan nomor rekening lainnya, dengan tagar #SaveSatinah. Melani pun terus meng-update jumlah sumbangan yang masuk ke rekeningnya yang ditujukan untuk Satinah.

Jupe pun mengajak masyarakat bergabung dalam aksinya yang digelar Sabtu (28/3) lalu. Bahkan Charly Van Houten ikut mengamen hingga ke Kediri untuk mengumpulkan bantuan untuk keluarga Satinah. Salah satu anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka bersama perwakilan dari Migrant Care juga mendatangi Balai Kota DKI Jakarta untuk mengajak Gubernur Joko Widodo terlibat dalam aksi penyelamatan dan penggalangan dana untuk Satinah.

Selain itu masyarakat juga banyak yang pro aktif memberikan bantuan kepada Satinah. Kepala BP3TKI Propinsi Jawa Tengah, Rahman, mengatakan, "Semua prosedur telah kami laksanakan. Kami terus mendampingi keluarga Satinah, tiga kali difasilitasi untuk bertemu Satinah," paparnya kepada Tabloid NOVA.

Segala upaya, imbuh Rahman, terus dilakukan dan semua pihak telah bekerja sama dengan baik. "Pihak Pemprov Jateng secara aktif ikut membantu. Pokoknya, semua pihak saling mendukung," tutur Rahman seraya mengatakan, warga Jateng turut mendoakan Satinah agar bisa segera kembali berkumpul dengan keluarga.

Swita A Hapsari