Ibu Tega Bunuh Anak Kandung

By nova.id, Rabu, 19 Maret 2014 | 07:17 WIB
Ibu Tega Bunuh Anak Kandung (nova.id)

Ibu Tega Bunuh Anak Kandung (nova.id)
Ibu Tega Bunuh Anak Kandung (nova.id)

"Sejak istrinya ditahan, Kasito harus menjadi orangtuya tungal bagi kedua anaknya yangmasih hidup. (Foto: Ahmad Fadilah / NOVA) "

Suasana duka masih terasa ketika memasuki halaman rumah keluarga pasangan Kasio dan DUF di kawasan Padalarang, Jawa Barat. Karpet berwarna dominan biru tergelar di ruang tamu, bersiap menyambut kedatangan warga untuk melakukan tahlil. Beberapa wanita sibuk membereskan ruangan lain dan menyiapkan segala keperluan pembacaan doa bagi AF (2), yang tewas di tangan ibu kandungnya sendiri, DUF.

Tindakan yang dilakukan DUF jelas membuat kaget anggota keluarga besarnya. Terutama Rostika, kakak DUF, yang tinggal persis di sebelah kiri rumah DUF. Kendati sering bertemu setiap hari, Rostika mengaku tak melihat kejanggalan apa pun pada prilaku DUF sehari-harinya.

Tak lama, suami DUF, Kasito (38) muncul ditemani Makhatir Muhammad, petugas dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bandung Barat. Makhatir mengaku sudah menemani Kasito dan kedua anaknya sejak Rabu (12/3). "Jumat (14/3) ini saya membawa Kasito dan kedua anaknya ke rumah aman P2TP2A untuk menjalani terapi psikologi," terangnya.

P2TP2A merupakan pusat kegiatan terpadu untuk menyediakan pelayanan bagi masyarakat terutama perempuan dan anak korban tindak kekerasan. "Akibat kejadian ini, kedua anak Kasito mengalami trauma. Untuk itu, kami bekerja sama dengan LSM Jari turun tangan memberikan pelayanan terapi untuk keluarga ini," terang Makhatir.

ANAK TRAUMA

Di antara kedua anak DUF dan Kasito, FR (8) adalah anak yang memiliki tingkat trauma terbesar. Pasalnya, selain AF, DUF juga ikut mengikat dan memasukkan FR ke dalam tempat penampungan air. Oleh karena ukuran tubuhnya yang lebih tinggi dari permukaan air, FR dapat menyelamatkan diri.

"Menurut pengakuan DUF kepada penyidik Polres Ciamis, Selasa (11/3) malam itu dia terlebih dahulu mengikat kaki dan tangan kedua anaknya sebelum membopong dan menaruhnya di tempat penampungan air. Akhirnya AF yang masih kecil tak mampu menyelamatkan diri," jelas Makhatir.

Dengan terapi psikologi, Makhatir berharap kedua anak DUF dan Kasito yang selamat mampu menghadapi pengalaman buruk ini. "Saat ini keduanya sudah mulai terlihat seperti biasa. Hanya saja keduanya mengaku rindu kepada ibu kandungnya. Enggak heran, sehari-harinya mereka, kan, sering bersama. Bahkan FR mengaku takut. Bukan takut kepada ibunya, tetapi dia justru takut bila tidur tanpa ada ibunya," bebernya.

Setelah terapi, kedua anak DUF dan Kasito kini sudah siap untuk masuk sekolah lagi, Senin (17/3). "Tetapi jika mereka mengubah pikiran, ya, tidak akan dipaksa. Kepada guru di sekolah mereka juga sudah saya beri tahu agar jangan ada yang bertanya lagi mengenai kejadian yang terjadi Selasa (11/3) lalu itu," imbuh Kasito.

Dijelaskan Makhatir, pertanyaan yang sama dan disampaikan berulang-ulang, ditakutkan akan membuka luka lama. "Anak-anak ini akan menjadi susah melupakan apa yang terjadi. Terlebih jika ada yang mengolok-ngolok atau meledek mereka. Kasihan mereka, mari bersama-sama kita bantu mereka agar tidak lagi menjadi korban," tambah Makhatir.