Wisata di Batu - Malang, Kenalkan Pengetahuan dengan Cara Menyenangkan

By , Sabtu, 4 Juli 2015 | 03:00 WIB
Museum Angkut (Foto: Gandhi Wasono M / NOVA) (Nova)

Museum Angkut: Pertama di Asia Dilihat dari namanya, yang menjadi koleksi Musem Angkut (MA) adalah semua jenis moda transportasi yang ada di muka bumi, mulai yang tradisional, modern, sampai replika. Terletak di lereng Gunung Panderman yang memiliki pemandangan indah, museum seluas 3,8 hektare ini menyimpan 300 koleksi berbagai jenis moda transportasi. “Helikopter sampai duplikat gerobak yang ditarik sapi, juga motor dan mobil kuno, ada di sini,” kata Titik S. Ariyanto, Operational Manager MA.

Tujuan didirikannya museum ini di tahun 2014 adalah sebagai bentuk penghargaan bagi para pencipta moda transportasi. “Sebagai masyarakat sosial, kita saat ini tinggal menikmati semua moda transportasi yang ada, mulai yang tradisional sampai yang menggunakan teknologi tinggi. Tapi, selama ini kita tidak pernah tahu siapa pembuatnya. Karena itu, sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada si penemu, didirikanlah MA ini,” tambah Titik sambil menjelaskan bahwa MA adalah museum angkut pertama di Asia.

Barang-barang di museum ini memiliki nilai sejarah tinggi. Salah satunya adalah helikopter yang pertama kali dimiliki Indonesia. Helikopter ini diperoleh semasa era pemerintahan Presiden Soekarno dan merupakan pemberian pemerintah Amerika Serikat setelah mata-mata negara adikuasa tersebut tertangkap oleh Indonesia. Sebagai bentuk pengakuan rasa bersalah, Amerika Serikat kemudian memberikan helikopter tersebut.

Yang tak kalah menyenangkan, di MA juga dipajang ratusan mobil kuno bermacam merek, buatan berbagai negara di dunia. Mobil-mobil tersebut tertata dan terawat dengan sangat baik. “Bahkan sebagian besar mobil-mobil tersebut masih bisa digunakan dengan baik,” imbuh Titik.

Museum MA sengaja di-setting menjadi dua bagian. Selain indoor, sebagian mobil serta moda transportasi lain juga ditempatkan di areal terbuka dan ditata sesuai zona di di mana negara tersebut berada. Misalnya, ketika pengunjung memasuki kawasan Broadway, Amerika Serikat, di sepanjang jalan yang terkenal dengan gangster-nya itu diparkir mobil-mobil bak terbuka merek Ford tahun 70-an. Demikian pula suasana di sekitarnya, ditata menyerupai kawasan aslinya di Amerika. Karena lokasinya yang memang bagus, area ini pun menjadi tempat favorit untuk selfie atau foto ramai-ramai para pengunjung yang memenuhi kawasan itu.

Memasuki zona Italia, lukisan-lukisan di dinding museum menggambarkan suasana di negara yang dikenal dengan mafiosonya, sementara mobil Fiat kuno serta motor Vespa kuno memenuhi areal tersebut. “Ayo foto-fotoan mumpung kita di Itali nih,” teriak seorang remaja kepada teman-temannya sambil tertawa.

Demikian pula ketika memasuki zona Eropa dan Prancis. Selain berjajar mobil-mobil tua buatan Eropa, di tengah-tengahnya juga berdiri miniatur menara Eiffel berukuran cukup besar dengan lampu warni-warni menyelimuti tiang menara.

Tak hanya zona luar negeri saja, kawasan lama yang ada di Jakarta juga ada di MA. Salah satunya adalah kawasan Pecinan di Sunda Kelapa, Jakarta. Di depan gerbang yang sengaja di-setting mirip Stasiun Kota Jakarta itu, terdapat bajaj yang menjadi ikon angkutan massal di Jakarta.

Sebelum keluar dari areal museum, pengunjung juga bisa mampir ke Pasar Apung. Dinamakan Pasar Apung karena pasar itu dikelilingi “sungai” kecil yang bisa dilintasi perahu. Di dalam pasar, terdapat stan-stan penjual aneka suvenir yang bisa dijadikan oleh-oleh.  

Eco Green Park: Aksi Penjaga Hutan

Wisata edukasi lain yang tak kalah menarik adalah Eco Green Park (EGP). Di dalam EGP, pengunjung diajak terjun langsung ke alam terbuka, di mana berbagai jenis binatang hidup di tengah lingkungan alam dengan aneka tumbuh-tumbuhan. “Tujuan utamanya sederhana saja, yaitu bagaimana kita mengajak masyarakat, terutama anak-anak, agar tertanam kecintaan pada lingkungan. Selain itu, ribuan pohon di dalamnya juga bisa menjadi paru-paru kota Batu,” kata Lilia Jostinawati, Marketing EGP.

EGP memang hampir mirip kebun binatang, karena di dalamnya juga terdapat berbagai macam binatang. Akan tetapi, binatang yang ada sebagian besar adalah jenis satwa ternak yang kotorannya bisa didaur ulang. Misalnya, berbagai jenis sapi dan kambing, juga ayam. Binatang-binatang ini kotorannya bisa didaur ulang dan diolah sebagai bahan sumber energi biogas untuk menghasilkan api.

“Api dari biogas ini bisa digunakan untuk memasak. Kalau ini diterapkan di lingkungan masyarakat umum, maka pengeluaran bahan bakar masyarakat pemilik ternak di pedesaan akan jauh berkurang,” jelas seorang mahasiswi yang tengah berpraktik di EGP.

Tak hanya menampilkan berbagai jenis satwa dan tanaman, pengunjung EGP juga diajak untuk bermain ketangkasan menembak di alam liar. Pengunjung diajak berkeliling naik mobil bak terbuka dan masing-masing disediakan pistol elektrik. Digambarkan, di dalam perjalanan keliling masuk “hutan” tersebut, pengunjung seolah-olah menjadi petugas penjaga hutan yang sedang melakukan patroli untuk mengamankan hutan dari pembalakan liar.

Sambil mobil berjalan, dari balik rerimbunan muncul boneka seukuran manusia lengkap dengan senjata yang digambarkan sebagai pembalak liar. Saat itulah para pengunjung harus segera menembak bagian tubuh “pembalak” tersebut. Jika tepat [ada sasaran, maka tubuh “pembalak” liar itu akan roboh.

Tak cuma itu, pelajar SD dan SMP yang datang secara rombongan akan mendapatkan “pelatihan” cara mengolah sampah menjadi kompos secara cuma-cuma. “Kami juga menyediakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang bisa diisi,” papar Lilia.

Eco Green juga memiliki lokasi bernama Desain Center. Di dalam gedung ini terdapat berbagai penjelasan dan gambar tentang alam, eksploitasi alam, sampai jika musibah alam datang. Dengan sebuah peranti khusus, pijakan pengunjung pun bisa bergerak sesuai kekuatan gempa dari 3 sampai 8 skala Richter.  

Museum Tubuh: Ada Organ Tubuh Raksasa!

Museum yang satu ini tidak seperti museum pada umumnya yang menyimpan benda purbakala. Koleksi Museum Tubuh (MT) ini adalah organ-organ tubuh manusia yang ditampilkan dalam bentuk visual 3 dimensi. Bahkan, sebagian organ berukuran “raksasa” sehingga pengunjung bisa masuk dan berjalan-jalan di dalam “organ” manusia tersebut.

MT bisa menjadi tempat belajar yang menarik bagi siswa mulai TK sampai SMA. “Tujuan didirikannya MT ini adalah karena selama ini manusia tidak pernah memikirkan bagaimana bentuk dan cara kerja organ tubuh sehingga kita bisa hidup dan melakukan aktivitas. Organ tubuh itu ibaratnya melebihi kerja sebuah pabrik yang terus bekerja, tak berhenti. Dengan mengetahui masing-masing organ, diharapkan kita bisa menjaganya dengan baik agar tetap sehat,” kata Rina Sari, Manager Operasional MT.

MT terdiri dari 16 wahana. Wahana pertama membahas soal gigi sampai soal ginjal dan pencernaan. Begitu masuk di ruang ber- AC dan nyaman itu, pengunjung akan disambut oleh seorang guide yang menunjukkan struktur sekaligus contoh gigi dalam 3 dimensi. Di sini tak hanya mendengar, tetapi bisa langsung menanyakan kepada guide. “Sekitar 80 persen guide yang ada di MT tamatan D3 Kesehatan serta Kebidanan, termasuk seorang dokter, sehingga mereka bisa menjelaskan fungsi organ tubuh dengan baik,” jelas Rina.

Agar pengunjung lebih menjiwai dan memahami setiap organ tubuh, MT sengaja menata setiap ruangan dengan lebih hidup. Setelah mendapat penjelasaan soal gigi, pengunjung akan memasuki ruangan yang mampu menampung sekitar 25 orang. Ruangan itu didesain menyerupai organ mulut. Seperti di ruangan sebelumnya, di dalam “mulut” juga terdapat seorang guide yang akan menjelaskan berbagai hal tentang alat pengecap manusia tersebut.

Dengan pencahayaan yang remang-remang, sang guide menyalakan lampu untuk menyinari beberapa sisi lidah yang masing-masing memiliki sifat rasa yang berbeda-beda. Baru kemudian pengunjung akan dibawa masuk ke dalam lorong-lorong organ manusia lainnya, seperti telinga, hati, ginjal, mata dan lainnya.

Dari satu wahana ke wahana lain terdapat ruangan dokter gigi lengkap dengan perangkat pendukung lainnya seperti meja kursi pemeriksaan dokter gigi. Di ruangan ini, pengunjung bisa memanfaatkan waktu untuk berfoto bergaya layaknya seorang dokter gigi beserta pasiennya.

Masih belum cukup, begitu keluar dari wahana, para pengunjung akan mendapat fasilitas pemeriksaan kesehatan secara cuma-cuma, mulai pemeriksaan jenis golongan darah, kolesterol, asam urat sampai osteoporosis. Seru, kan? Gandhi Wasono M / NOVA