Impian Irma nyaris terwujud. Ia berhasil masuk Universitas Gunadarma Jurusan Kebidanan. Sebelum tewas, ia tercatat sebagai mahasiswa semester satu. Hari-hari pertama masuk kuliah, ia selalu diantar Ayang. Dengan alasan ingin konsentrasi, menghemat waktu dan tenaga, Irma minta kos di dekat kampusnya di Salemba dan tiap akhir pekan ia pulang ke Cikampek.
Minggu (12/10), lewat pukul 12.00, Irma seperti biasanya hendak kembali ke rumah kosnya dengan menumpang kereta api. "Waktu berangkat dia pakai kaos bergambar kelinci di dadanya. Bawa tas isi pakaian dan uang Rp 7 juta buat bayar uang semesteran. Dia jalan sendiri ke stasiun. Enggak ada yang mengantar. Jarak dari rumah ke stasiun, kan, dekat. Paling lima menit. Enggak ada yang tahu dia bawa uang sebanyak itu kecuali Irma dan saya," tegas Nursyam.
Betapa terkejutnya Nursyam ketika dapat kabar putrinya ditemukan sudah tak bernyawa. Menurut Jafar, sepupu Irma yang menemani berbincang, Irma belum punya pacar dan tak memiliki teman akrab baik perempuan maupun laki-laki. "Anaknya pendiam dan baik hati. Makanya adiknya memanggil dia Elok."
Begitu eloknya sosok Irma di keluarganya, membuat sang ibu yang kala itu berada di Padang untuk menghadiri acara 100 hari wafatnya nenek Irma, amat syok. "Istri saya baru tiba di rumah lagi tengah malam saat jenazah Irma disemayamkan di ruang tamu," kata pedagang pakaian di Pasar Cikampek ini.Rini