Sadar sudah punya pasar sendiri lantaran buku yang mereka ambil dari penerbit sering ludes dibeli anggota pengajian yang jumlahnya makin banyak, tiga serangkai ini lantas punya ide untuk mendirikan toko buku sendiri. GBL lantas didirikan, meski lokasinya hanya di garasi kosong di daerah Gandaria, Jakarta Selatan, milik salah satu pendirinya pada tahun 2002.
Sempat pindah ke Kemang, tapi sejak 2004 GBL yang sebagian besar isinya adalah buku agama, pindah ke lokasi sekarang di Jl. Mpu Sendok di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Acara bedah buku makin sering diadakan dengan mendatangkan pembicara atau penulisnya. Lucunya, bedah bukunya sendiri diadakan bukan di toko mungil itu, melainkan berpindah-pindah di rumah para anggota.
Untuk mewadahi kegiatan ini, ditetapkan satu lokasi khusus untuk melakukan semua kegiatan, tak jauh dari lokasi GBL. Selain bedah buku, ada pula bedah film, pengajian, pendalaman tafsir Alquran, belajar mengaji, dan diskusi. Semua kegiatan ini berlangsung sekitar pukul 19.00, karena sebagian besar anggotanya adalah karyawan, meski ada pula mahasiswa.
Di tempat itu juga tahun 2005 Ely dan delapan temannya mendirikan kafe kecil yang diberi nama Omah Sendok, yang letaknya dalam bangunan rumah yang sama dengan GBL. Omah Sendok awalnya dibuat untuk menunjang GBL, agar para pengunjung bisa bersantai dan nyaman membaca buku sambil menyantap makanan berat, camilan, dan minuman sambil duduk di sofa-sofa empuk.
"Sesuai dengan nama kafenya yaitu omah yang dalam bahasa Jawa berarti rumah, kami menatanya seperti konsep rumah. Di rumah kan, ada perpustakaan, tempat makan, dan tempat ganti baju. Di sini, tersedia toko buku, kafe, butik batik kecil, mushola, dan kolam renang untuk umum," papar Ely sambil menambahkan, membawa buku ke halaman belakang untuk dibaca sambil duduk-duduk di pinggir kolam renang juga tak dilarang.
Seiring waktu, banyak permintaan pengunjung untuk mengadakan berbagai acara di GBL, mulai dari peluncuran buku, meeting, pelatihan, arisan, reuni, bahkan acara pertunangan, akad, dan resepsi pernikahan yang biasanya digelar di pinggir kolam renang dan hampir setiap minggu berlangsung. "Setiap Ramadan, untuk berbuka kami juga menyediakan sistem bisa makan sepuasnya (all you can eat) dalam satu harga di situ, dan tarawih bersama kalau ada permintaan."
Ponsel Alquran
Berbeda dari dua toko buku di atas, Toko Buku Wali Songo memiliki ciri khas tersendiri. Meski usianya cukup tua, 23 tahun, kesan suram dan tua sangat jauh dari toko buku yang secara historis satu kelompok dengan Toko Buku Gunung Agung ini. Di lantai pertama, deretan buku agama tersusun rapi sesuai kelompoknya. Di bagian ujung adalah Children Corner, tempat anak-anak bisa membaca sambil lesehan di atas karpet.
Di lantai dua, tersedia mukena dan baju muslim untuk laki-laki dan perempuan, baik dewasa maupun anak-anak. Ada pula konter khusus herbal dan obat-obatan, antara lain madu, habatussaudah, bahkan air zam-zam dalam kemasan botol kecil. Bagian kaset, CD, dan VCD yang sebagian besar berkaitan dengan agama dan dakwah berada di ujung.
Di bagian inilah, Wali Songo juga menawarkan Alquran digital dan ponsel Alquran yang kini makin diminati pengujung. Selain bisa digunakan untuk berkomunikasi dan punya fitur yang cukup canggih, ponsel ini juga dilengkapi aplikasi bersifat islami, antara lain Alquran 30 juzz, tafsir dan hadits dalam puluhan bahasa, arah kiblat, waktu salat, dan alarm adzan.
"Dalam sehari, kami bisa menjual 2-4 buah," tutur Satuhu Satrio Nugroho Wibowo, manajer HRD & GA Wali Songo. Sementara, lantai tiga berisi kaligrafi. Di lantai ini pula, Wali Songo memajang banyak koleksi Alquran kunonya yang berusia ratusan tahun. Selain melayani penjualan, Wali Songo juga mengadakan sejumlah kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Masjid Agung Al A'raf, yang lokasinya menempel dengan bangunan toko.
Selama Ramadan nanti, menurut lulusan D3 Administrasi dari FISIP UI ini, setiap hari Wali Songo akan mengadakan buka puasa bersama di masjid, bedah buku seminggu sekali, dan obral buku setiap hari. Pada hari-hari biasa, toko yang terletak di Jl. Kwitang, Jakarta Pusat ini selalu mengadakan pengajian tiap hari Minggu, sedangkan bedah buku biasanya sebulan sekali.
Hasuna Daylailatu