Tetap Mantap Melangkah Meski Dalam Gelap (1)

By nova.id, Kamis, 16 Juli 2009 | 17:07 WIB
Tetap Mantap Melangkah Meski Dalam Gelap 1 (nova.id)

Tetap Mantap Melangkah Meski Dalam Gelap 1 (nova.id)
Tetap Mantap Melangkah Meski Dalam Gelap 1 (nova.id)

"Salah satu yang membuat Peni kuat menghadapi cobaan karena dukungan keluarga. "

Jangan ditanya bagaimana syok­nya Peni. Saking terpukulnya, Rizki lahir lebih cepat dari perkiraan. Persalinan itu sendiri membuat Peni menderita. "Selama 38 jam saya kesakitan dan sudah merasa tak kuat, tapi dokter kandungannya tetap berharap saya bisa melahirkan dengan cara normal," urai Peni.

Begitulah. Ketika Peni mengejan menjelang bayi keluar, syaraf mata sebelah kirinya tertarik. Akibatnya, mata kiri Peni mendadak buta. "Cuma, mungkin karena saking ba­hagianya, saya baru sadar mata tidak berfungsi lagi beberapa jam kemudian," urainya.

Proses persalinan itu, katanya, agak disesalinya. "Soalnya, dokter mata lupa bilang, penderita glu­koma dilarang melahirkan secara normal. Tapi, sudahlah, untuk apa disesali yang sudah terjadi."

Dokter pun berusaha keras mem­pertahankan mata kanan Peni. Mengingat jantung Peni lemah, dokter menyarankan operasi dengan laser ketimbang menggunakan obat-obatan. "Sayangnya, meski sudah di-laser, tetap tak berhasil. Mata kanan saya makin lama makin redup." Apalagi, obat tetes mata yang selama ini digunakannya secara terus-menerus, menimbulkan katarak di bola matanya.

Biji Mata Nyaris Diangkat Akibat melemahnya penglihatan Peni, ia terpaksa harus keluar dari pekerjaannya. "Saya sudah ke­sulitan membaca huruf yang kecil-kecil. Padahal, pekerjaan saya sangat vital, di antaranya membuat akta perjanjian yang memerlukan ketelitian." Padahal, lanjut Peni, pimpinan perusahaan berusaha mempertahankan dirinya.

Yang mengherankan, meski sudah cacat, tak satu pun teman sekantornya, termasuk pimpinannya, tahu. "Mereka meledek saya, kok, sekarang cara berjalannya jadi seperti ndoro putri, pelan-pelan. Padahal dulu saya terkenal energik. Mereka tidak tahu penglihatan saya sudah tidak awas."

Peni mengaku, sengaja tak pernah curhat soal penyakitnya. "Nanti malah dikasihani. Padahal, kalau dikasihani, justru melemahkan mental saya," kata Peni yang kemudian mencari kesibukan di rumah dengan membuka usaha desain interior kecil-kecilan. "Akhirnya berhenti karena mata saya makin parah."