Setiap malam ia merasakan ngilu dan perih. Kadang suhu tubuhnya meninggi. Dia hanya bisa menangis dan berujar, "Kalau begini terus, lebih baik saya mati saja." Malah kami pikir, Mak Cik memang akan meninggal malam itu. Makanya, ibu kami, Muningsih (61) sering berkata pada Mak Cik, "Rin, Ibu sudah pasrah kalau kamu pergi duluan. Kamu juga harus pasrah, ya."
Ayah dan Ibu memang sangat menyayangi Mak Cik. Maklum, sejak Ayah tidak bekerja (tahun 90-an), selain Kak Nung (anak ketiga), Mak Cik-lah yang membiayai kebutuhan keluarga kami. Pernah, suatu malam, aku bertanya pada Mak Cik, apa yang paling memberatkan hatinya kalau dia "pergi" lebih dulu dari kami. Jawabnya, dia sangat sedih karena harus meninggalkan Ayah, Ibu, dan juga Ferdi, keponakan dari kakak sulung kami. Sejak balita, Ferdi tinggal dan diasuh Mak Cik serta dibiayai hingga kuliah.
Ester Sondang