Hal ini diungkapkan kakak David, William Hartanto pada jumpa pers yang digelar di kawasan Cikini, Rabu, (1/4). Kecurigaan keluarga ini didasarkan pada adanya beberapa kejanggalan seputar keterangan NTU mengenai kronologis peristiwa.
Pihak NTU membeberkan David loncat dari lantai empat kampusnya, setelah menusuk dosen pembimbing tugas akhirnya, Prof. Chan Kap Luk. Masih menurut keterangan NTU, David menusuk profesor dari belakang, ketika Prof. Chan tengah menghadap komputer untuk membaca skripsi David. Namun, anehnya, di bangku profesor, ketika peristiwa penusukan terjadi, tidak didapati bekas darah. Selain itu, pisau yang menjadi barang bukti pun hilang gagangnya.
"Polisi intel Singapura saat itu mengatakan mungkin gagang pisaunya lepas ketika dipakai untuk menusuk," ujar William yang menilai alasan tersebut mengada-ada, apalagi tidak ada bukti rekaman CCTV yang bisa dijadikan bukti. "Masa di universitas sebesar itu, bisa ada ruangan yang enggak ada CCTV-nya."
Media Singapura pada 5/3/09 meralat keterangan bahwa David tidak melompat melainkan terjatuh. "Enggak mungkin terjatuh, yang ada dijatuhkan!" ungkap William seraya menyayangkan tidak adanya rekaman CCTV yang bisa dijadikan bukti. Hal ini kian menambah kecurigaan keluarga terhadap kejanggalan di balik peristiwa meninggalnya David. "Masa di universitas sebesar itu, di Singapura yang terkenal ketat pengawasannya, bisa ada ruangan yang enggak ada CCTV-nya."
Mengenai hasil otopsi pihak kepolisian Singapura menyatakan baru bisa memberikan sebulan setelah peristiwa, yang berarti pada pekan ini. "Kok bisa-bisanya Singapura mengumumkan otopsi sebulan kemudian, padahal di Indonesia saja tiga hari sudah kelar," imbuh William.
Ayah David, Hartono Widjaja menambahkan, kecurigaan lain adalah pada tindakan NTU yang tidak mengijinkan keluarga melihat jenazah secara langsung. "Kami hanya melihat dari kaca, seperti kalau melihat di ruangan bayi. Hanya diberi waktu kurang dari setengah menit."
Kendati hanya mendapat waktu sebentar, namun Hartono sempat memperhatinkan kondisi terakhir jenazah putra bungsunya tersebut. Jenazah David dari leher ke bawah dibalut plastik. Kepala, pipi, dan dagu David, kata Hartono dalam kondisi utuh, tidak retak.
"Giginya juga tidak ada yang patah. Saya bisa katakan begitu karena bibir atas David agak terbuka sedikit sampai gusi terlihat, seperti meringis menahan sakit. Di bibir samping atas juga ada sobek, tapi tidak bengkak. Kemudian di bawah leher ada seperti bekas sayatan yang sudah diplester. Ketika saya tanyakan ke dokter, katanya itu karena jatuh," papar Hartono.
Jenazah David sendiri sudah dikremasi di Singapura dua hari setelah kejadian. William mengungkapkan, alasan keluarga segera mengkremasi David karena dalam kepercayaan agama Budha, pemuda yang belum menikah sebaiknya segera dikremasi karena baik untuk arwahnya.
Hartono mengungkapkan, saat itu keluarga yang tengah dalam keadaan shock tidak terpikir untuk memeriksa lebih lanjut kondisi jenazah David sebelum dikremasi.
Keluarga menyesalkan sikap NTU yang terkesan memojokkan David, sementara profesor Chap sama sekali tidak disingung-singgung. "Ini indikasi sebelah pihak. Permintaan keluarga untuk bertemu profesor (Chan,red) pun ditolak dengan alasan kondisi profesor tidak memungkinkan," ujar Wiliam.