The Raid 2: Berandal Terus Tuai Pujian

By nova.id, Minggu, 16 Februari 2014 | 12:54 WIB
The Raid 2 Berandal Terus Tuai Pujian (nova.id)

The Raid 2 Berandal Terus Tuai Pujian (nova.id)

"Foto: Dok Merantau Films "

Sekuel film action yang dibintangi Iko Uwais ini mendapat sambutan positif dari dunia internasional. Saat world premier di Festival Film Sundance ke-30 beberapa waktu lalu di Eccles Theater, Park City, Utah, Amerika Serikat, The Raid 2: Berandal bahkan mendapat standing ovation dari penonton yang hadir. Media internasional pun memasukkan film ini ke dalam Grade A Movie.

Sambutan yang luar biasa itu, menurut produser The Raid 2, Ario Sagantoro seperti membayar lunas hasil perjuangan mereka selama ini. Untuk bisa diputar di Festival Film Sundance, AS, proses syuting harus dikebut meski tak mengabaikan kualitas sama sekali. "Syutingnya dari Januari-Agustus 2013. Target selesai Desember, tapi sempat meleset. Sampai akhirnya menjelang Sundance, kami baru selesai," kata pria yang biasa disapa Toro ini.

Proses syutingnya pun bukan perkara mudah. Empat kota dipilih sebagai lokasi syuting: Jakarta, Gombong, Cirebon, dan Bandung. "Adegan fight dan car chase (kejar-kejaran mobil) dan menghancurkan halte busway, itu pertama kali kami lakukan. Kami belum punya pengalaman apa-apa. Di film ini, kami juga menghancurkan sekitar 12 mobil dan itu bukan mobil-mobil murah, lo," ungkap Toro yang juga mendatangkan stunt in (pemeran pengganti) dari Hongkong.

"Di sini (Indonesia), belum ada yang ahli untuk adegan kejar-kejaran mobil, baik adegan maupun safety-nya. Itu tantangan tersendiri juga buat kami. Makanya, kami sengaja datangkan tim stunt dari Hongkong sekitar 12 orang."

Soal adegan menghancurkan halte busway, Toro tak menyimpannya sebagai sebuah surprise. Lantaran menurutnya, masih banyak lagi kejutan yang lebih dahsyat yang akan disuguhkan film berdurasi 150 menit ini. ide "gila" itu berasal dari Toro yang yakin film ini akan mendunia. Oleh karenanya, ia ingin menampilkan ciri khas dari Jakarta.

"Saya yakin betul film ini akan segera mendunia. Bagaimana supaya ada ikon Indonesia, suasana Jakarta muncul di situ. Salah satunya halte busway. Kami bikin kejar-kejaran mobil, lalu muncul gagasan bagaimana kalau hancurkan saja halte busway," cerita Toro.

Hammer Girl

Untuk mendapatkan adegan yang sempurna, sang sutrdara Gareth Evans meminta pengambilan gambar dilakukan di real set dan real time. Tak pelak, untuk beberapa adegan mereka sampai harus menutup banyak jalan, bahkan terminal. "Ini memang request-nya Gareth. Dia ingin day time. Bicara day time berarti berada di jam kerja orang. Ada beberapa jalur yang Minggu itu car free day, jadi mau enggak mau harus syuting di hari kerja. Dari jam 06.00 pagi sampai 18.00 sore. Ada adegan di depan Terminal Blok M, di mana ribuan orang dan ratusan bis keluar masuk. Itu harus kami tutup on-off," kata Toro yang merasa sangat puas melihat hasil filmnya.

Di film sekuel The Raid ini, Merantau Films (rumah produksi yang memproduksi film ini), juga seakan menjawab sejumlah tantangan yang diberikan kepada mereka. Salah satunya, memberi suguhan yang berimbang antara action dan drama. Menurut Toro, plot cerita di The Raid 2 ini sangat kuat dan komplet. "Di The Raid, istilahnya tanpa banyak dialog pun yang penting bak-bik-buk aja. Tapi di sini, porsinya lebih berimbang antara drama dan fight."

Selain itu, di film yang rencananya akan tayang serentak di Indonesia dan Amerika Serikat pada 28 Maret mendatang ini juga menampilkan jagoan wanita, yang di film-film produksi Merantau Films sebelumnya tak pernah ada. Tokoh yang dinamai Hammer Girl ini memang sudah lama diciptakan Gareth. Namun soal siapa aktris yang memerankannya, mereka sama sekali tak punya bayangan.

Namun setelah melalui proses casting, akhirnya terpilih Julie Estelle yang memerankan tokoh pembunuh itu. "Julie memberikan seluruh kemampuannya. Dia kasih lihat komitmennya dengan performa yang terus maksimal, padahal itu baru casting. Dia sampai lecet-lecet kakinya dan harus pakai perban. Dari situ kami lihat dia sangat maksimal, padahal dia enggak punya basic bela diri dan ini baru pertama kali buatnya main film action."

Setiap hari selama tiga bulan, Julie digembleng latihan fisik dan bela diri. "Tiap hari digojlok, naik turun tangga. Kami latihan di lantai 3, enggak boleh pakai lift. Fighter yang sudah biasa saja banyak yang muntah-muntah dan mundur. Scene-nya enggak banyak, hanya di beberapa bagian tapi kami yakin Julie bakal mencuri perhatian," ujar Toro yakin.