Selain bersekolah, Elisa hanya menghabiskan waklu luangnya di rumah. “Dia anak yang sangat supel. Bisa masuk kemana saja. Tidak pernah merasa minder. Percaya dirinya kuat. Di setiap kegiatan sekolah dia selalu jadi pemimpin. Dia mahir berpidato di depan kelas. Ketika teman-temannya malu tampil, dialah yang selalu ditunjuk guru untuk menyampaikan kata sambutan,” kata Rosmini.
Karena telah terbiasa dengan kehadiran Elisa yang selalu membantunya, Rosmini sering merasa kehilangan. Tak heran, meski jarak tempuh rumahnya dengan rumah abangnya yang menjadi tempat tinggal Elisa cukup jauh dan memakan biaya dan waktu yang panjang, Rosmini selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi anak kedua dari empat bersaudara tersebut minimal sekali dalam sebulan. Bahkan jika rindunya tak tertahan dia bisa mengunjunginya Elisa dua kali sebulan.
“Elisa tuh orangnya manja. Meskipun sering bersikap seperti dewasa, dia masih mau minta peluk sama saya. Asal saya datang ke tempatnya, ia selalu minta dipeluk. Kadang saya suka bercandai dan bilang ’Sudah mau kawin aja pun masih minta peluk. Nanti saja peluknya sama suamimu.’ Eh, dia langsung marah. Kalau sudah marah, saya paling suka melihat mulut manyunnya. Lalu saya pun memeluknya,” kata Rosmini mengenang sng buah hati..