7 Cara Tak Biasa Pertebal Bonding dengan Anak Saat Puasa

By nova.id, Selasa, 14 Juni 2016 | 09:00 WIB
Ajarkan anak yang beranjak dewasa pendidikan seks yang mumpuni (nova.id)

Yuhyina Maisura, MA., dari  Yayasan Kita dan Buah Hati mengatakan, Ramadan  menjadi waktu yang tepat untuk menjalin bonding atau kelekatan, baik secara fisik maupun psikis dengan keluarga di rumah.

Boleh dibilang, bonding dengan anak saat puasa ini tentunya berbeda. 

“Di luar bulan puasa, umumnya seringkali keluarga tak sempat makan bersama karena terburu-buru dengan jam aktivitas yang masing-masing berbeda, misalnya saat sarapan. Begitupun di waktu makan malam, ayah atau ibu belum pulang ke rumah karena masih di perjalanan terjebak kemacetan,” papar psikolog yang akrab disapa Sarra. 

Nah, sedangkan di Ramadan ini, hampir semua anggota keluarga bisa makan sahur bersama. Selain itu, banyak perusahaan atau tempat kerja yang mengizinkan karyawan untuk pulang lebih awal dari jam kerja biasanya agar bisa berbuka di rumah.

“Dengan kuantitas bonding yang bertambah ini, otomatis kualitasnya pun bertambah. Soalnya, tak ada quality time tanpa quantity time."

Bagi anak-anak, momen sahur dan berbuka menjadi momen yang penting. Saat inilah bonding yang lebih kuat akan terjalin. Kita tahu, energi anak saat sahur dan berbuka sangat berbeda dengan momen makan di waktu lain. Misal, ketika sahur, anak dalam kondisi masih mengantuk. Bagaimana ibu dapat membangunkan dan membujuk anak untuk makan sahur tentu menjadi tantangan tersendiri. 

“Butuh pendekatan yang berbeda untuk setiap anak. Kalau kurang tepat caranya, bisa saja anak ngambek dan tak mau sahur. Bagaimana ibu bisa membangun suasana yang nyaman sehingga anak bersemangat untuk makan sahur. Di kala itulah, bonding dijalin.” 

Pun, ketika menunggu waktu berbuka. Kala itu, energi anak sudah habis terkuras tidak makan dan minum lebih dari 12 jam. Anak dalam kondisi lemas dan malas melakukan apapun. Bila tak diberi semangat dan motivasi oleh orangtua, boleh jadi sejak siang  dia sudah membatalkan puasa.

Di sini pula, perlu pendekatan dari orangtua yang sekaligus mengasah bonding antara kedua pihak. 

Nah, dalam praktiknya, ada berbagai aktivitas yang dapat dilakukan bersama untuk lebih menjadi bonding antara orangtua dan anak di Ramadan ini. Berikut uraian selengkapnya: 

1. Menceritakan kisah teladan dan inspiratif

Anda dapat menceritakan kisah-kisah teladan dan inspiratif Islami kepada anak. Misal, sediakan beberapa menit saja waktu sebelum berbuka bersama. Cerita yang disampaikan bisa apa saja, terutama terkait ibadah puasa, nilai-nilai, dan sebagainya. Banyak sekali kisah yang bisa dikupas bersama.

Sebelumnya Anda dapat mencari sumber cerita dari berbagai buku atau literatur, browsing di internet dan sebagainya. Waktu sedikit tapi berkualitas seperti ini lebih penting ketimbang masing-masing menunggu waktu puasa dengan memainkan gadget-nya.  

2. Merencanakan bersama menu buka dan sahur

Orangtua dan anak bisa duduk bersama mendiskusikan rencana menu apa untuk buka dan sahur dalam sebulan ini. Jelaskan pada anak kenapa menu yang dipilih harus yang bergizi, sehat, lengkap, cukup, variatif dan mudah. Misal, kita dapat mengatakan bahwa makanan sahur harus cukup memberi energi agar tahan lapar selama lebih dari 12 jam.

Selain itu, makanan berbuka harus mengenyangkan tapi tidak begitu berat dicerna perut yang lama kosong. 

Kemudian, buatlah daftar makanan favorit sang buah hati. Pilih mana makanan yang cocok sebagai menu berbuka dan juga sahur. Menghidangkan menu favorit anak dapat menjadi pemancing agar anak semangat berpuasa, terutama ketika sahur.

Kenapa? Karena biasanya anak masih mengantuk dan tak berselera makan. Dengan menyediakan menu kesukaan anak, diharapkan dapat membangkitkan selera makannya. Dengan begitu, pada siang hari anak tetap fit, bersemangat, tidak lemas dan dapat puasa sehari penuh. 

Nah, dengan melakukan dialog, berdiskusi serta berkomunikasi dua arah membahas menu apa yang akan dihidangkan kala buka dan sahur, akan mempererat bonding antara orangtua dan anak. 

BACA: 5 Pertanyaan Terpopuler Tentang Mengajarkan Anak Puasa

3. Berbelanja bersama membeli bahan-bahan makanan

Aktivitas belanja bersama biasanya menyenangkan. Sebelum pergi berbelanja, ajak anak untuk mengecek bahan makanan apa yang sudah habis dan harus dibeli.

Libatkan anak untuk mendata atau membuat daftar apa saja yang perlu dibeli. Ajarkan anak untuk mempertimbangkan berapa jumlah bahan-bahan yang harus dibeli, lalu tentukan pergi ke pasar yang mana. Tiba di pasar, minta anak untuk mencari bahan yang sudah tercatat di daftar. 

Bila berbelanja di swalayan, anak bisa diajar mengantre di kasir bahkan membantu memasukkan barang ke kantong yang sudah disiapkan dari rumah. Bahkan, untuk anak kelas 5-6 SD, ia sudah bisa diajak membuat budget, dengan jumlah uang yang ada, bisa untuk membeli berapa banyak bahan makanan. Ia juga bisa diajar membandingkan harga, kualitas dan kuantitas. 

Kegiatan ini selain melatih dan memperkaya pengalamannya, juga secara langsung mempererat bonding. Ada interaksi yang intens dengan orangtua, keterlibatan yang penuh dimulai dari merencanakan membeli bahan makanan sampai pulang kembali ke rumah untuk mengolah bahan-bahan tersebut. 

4. Ikut terlibat proses memasak

Mengajak anak terlibat proses memasak di dapur sarat akan manfaat. Anak bisa bereksperimen sekaligus menjalin bonding yang lebih erat dengan ibu. Tentunya, mengajak anak membuat makanan untuk adalah tantangan tersendiri dan perlu pendekatan khusus. Pasalnya, ia dalam kondisi lemas dan lapar terkadang malas melakukan suatu aktivitas.

Perlu bujukan dan ajakan yang merangsang minat anak sehingga tertarik untuk membantu proses memasak. Tentu, libatkan ia untuk membuat hal-hal sederhana, yang tidak menghabiskan banyak energi dan tidak membahayakan. Misal, mengolah agar-agar untuk menu takjil berbuka. Menjelang Lebaran, anak juga bisa dilibatkan misalnya memarut keju atau mengaduk adonan untuk membuat kue kering favoritnya.

BACA: 3 Hal Ini Membuat Anak Lebih Menghargai Dapur

Nah, dengan melibatkan anak dengan proses mengolah atau memasak menu makanan, ia dapat belajar banyak hal. Bahkan, kegiatan ini menstimulasi semua inderanya. Contoh, dia bisa mengenali bau bawang putih yang ditumis hingga terasa ‘harum’. Ia merasakan perbedaan dengan lada hitam yang bisa membuatnya bersin-bersin.

5. Menyiapkan meja dan perlengkapan makan

Ajak anak untuk membantu menyiapkan perlengkapan makan berbuka serta sahur di meja makan.  Minta ia untuk menyiapkan sendok, garpu, dan piring untuk ayah, ibu, kakak atau adik. Bekerja sama dengan anggota keluarga lain, misal ibu menyiapkan menu hidangan yang siap disantap. 

Selain mengajarkan anak untuk mandiri, juga menjalin bonding karena ada kerja sama, komunikasi, dan rasa nyaman yang terbentuk dengan kegiatan sehari-hari yang sederhana ini. 

6. Membereskan meja makan

Usai makan bersama baik berbuka maupun sahur, kita juga bisa melibatkan anak untuk membereskan meja makan. Kegiatan ini bisa menjadi hal yang sangat menyenangkan. Misal, membawakan piring, gelas, sendok, garpu bekas pakai makan sahur/berbuka ke dapur.

Lalu, minta anak merapikan meja atau mengelap meja dari tumpahan makanan. Pastikan anak mendapat tugas sesuai dengan usia, keterampilan motorik dan kemampuan tubuhnya.

Yang jelas dari kerjasama membereskan meja makan tersebut bisa muncul bonding. Manfaat lain yang bisa dipetik dari kegiatan ini adalah pemahaman akan tanggung jawab. 

7. Mencuci alat-alat makan

Usai membereskan meja makan, kita juga bisa melibatkan anak untuk mencuci alat-alat makan. Terutama anak usia SD sudah dapat diajarkan mencuci seperti ini. Minta anak untuk berhati-hati mencuci terutama piring atau gelas berbahan gelas. Untuk tahap awal, berikan anak benda-benda untuk dicuci yang berbahan bukan dari gelas.

BACA: Memasak Bersama Anak, Pertebal Bonding Hingga Jauhkan dari Narkoba!

Tujuannya bila terjadi sesuatu, misalnya pecah, kemungkinan risiko terkena pecahan gelas lebih minimal. Ajarkan pada anak bagaimana dan seberapa banyak sabun cuci yang digunakan untuk mencuci alat makan.

Bagaimana cara yang efektif mencuci sehingga alat makan bersih, tidak ada sabun yang masih menempel dan sebagainya. 

Hilman Hilmansyah