Jejaring sosial seorang peneliti lebih banyak lo, dibanding jejaring sosial pada umumnya. Di kalangan peneliti ada jejaring sosial Google Scholar, Linkedin, Scopus, Orcid, dan lainnya. Dengan jadi peneliti, saya tidak jadi tua, kok. Saya tetap berjiwa muda. Biasanya malah saya mengenakan celana jins. Di LIPI, kami banyak menggaungkan semangat dan menggali potensi peneliti muda, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA dengan mengadakan lomba National Young Inventors Award. Diharapkan, dengan demikian bisa merangsang jiwa penelitian pada generasi muda.
Lomba apa lagi yang diadakan LIPI?
Kami juga mengadakan Indonesia Science Expo dan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang pemenangnya akan dikirim untuk mengikuti lomba di luar negeri. Lalu, ada juga lomba seperti yang saya menangkan tahun lalu, yaitu LIPI Young Scientist Award. Tahun lalu, lomba untuk peneliti muda di bawah usia 35 tahun itu baru pertama kali diadakan dan tidak hanya terbatas untuk peneliti LIPI.
Untuk ikut lomba ini, syaratnya antara lain direkomendasikan oleh satuan kerjanya dan memiliki rekam jejak yang baik dalam penelitiannya minimal lima tahun terakhir. Dokumentasi paten serta publikasi ilmiah juga menjadi penilaian. Alhamdulillah, saya cukup rajin menulis jurnal ilmiah, sekitar 30-an buah sampai sekarang. Ketika membuat proposal penelitian, biasanya harus menulis 1-2 jurnal. Nah, sisanya merupakan ide tambahan saya. Menulisnya tergantung mood. Peneliti itu seperti sastrawan, menulisnya tergantung mood. Hahaha.
Sejauh ini, apa kendala menjadi peneliti?
Yang pertama, jelas dana. Kedua, sebagai peneliti sekaligus ibu rumahtangga, istri dan perempuan, saya harus bijak membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Sebab, melakukan penelitian sangat menyita waktu. Misalnya, saya harus menunggui sel. Itu bisa memakan waktu sangat panjang, terkadang menunggu sampai malam. Saya juga harus terbiasa mendapat tugas mendadak. Pernah, begitu tiba di kantor, di meja saya sudah ada tiket pesawat untuk ke luar kota keesokan paginya.
Untuk menyiasati waktu, melakukan tugas lapangan ke laut tertentu di daerah, tidak pernah saya lakukan lebih dari seminggu, karena saya harus meninggalkan suami, Puji Rohmadi, dan anak, Shaka Rasendria Rohmadi, yang baru berusia 1,5 tahun. Alhamdulillah suami sangat mendukung dan tak pernah melarang saya bertugas keluar kota. Tanpa dukungan suami dan orangtua saya yang ikut menjaga anak kami, saya bukan apa-apa. Beruntung, dalam setahun paling hanya 3-4 kali saya melakukannya.
Ke mana saja? Penelitian apa saja yang pernah Anda lakukan?
Pernah ke Makassar, Mataram, Lampung, dan lainnya. Kami naik kapal sopek untuk mencari tripang, rumput laut, dan lainnya di laut. Yang paling sering saya teliti adalah rumput laut, baik dari jenis alga merah, cokelat, maupun hijau. Saya juga pernah meneliti mikroalga. Pernah meneliti bulu babi tapi tidak mendalam, karena fokusnya terpecah oleh penelitian kuda laut. Waktu di Korea saya juga pernah melakukan penelitian tentang tripang. Bedanya, tripang Korea aktivitas antikankernya sangat tinggi, sedangkan tripang Indonesia aktivitas antioksidannya yang kuat.
Sekaya apa sih, Indonesia dalam hal biodiversitas dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia?
Indonesia kaya banget. Ambil contoh, 5,62 persen spesies rumput laut dunia ada di Indonesia atau sekitar 800 spesies. Dari jumlah itu, yang dimanfaatkan masyarakat Indonesia tidak lebih dari 10 spesies. Begitu pula dengan tripang. Indonesia merupakan pedagang tripang terkuat di dunia, tapi kebanyakan diekspor ke berbagai negara termasuk China untuk digunakan sebagai obat dan lainnya. Ironisnya, produk obat berbahan baku tripang yang terkenal justru dibuat negara tetangga, bukan Indonesia. Masyarakat Indonesia baru mengolahnya sebatas menjadi keripik, padahal kalau diolah lagi akan memiliki nilai tambah yang lebih besar.
Apa rencana ke depan?
Kami sedang mengembangkan tripang dan alga laut Indonesia untuk menjadi produk pangan fungsional dan nutraceutical, yaitu suatu produk yang berupa suplemen atau produk lain yang diklaim bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya, minuman suplemen yang diklaim bisa menurunkan kadar kolesterol. Dalam jangka panjang, kami juga ingin mengembangkan penelitian cosmeceutical, yaitu gabungan kosmetik dan pharmaceutical, misalnya sebagai lotion yang bisa berfungsi sebagai antioksidan atau antikerut.
Hasuna Daylailatu