Untuk four way, sejak loncat dari pintu pesawat harus sudah bergandengan berempat, agar tidak membuang waktu. Sebab, dalam waktu 30 detik di udara, kami harus membuat sebanyak mungkin formasi huruf atau blok. Untuk bisa kompak, sesama anggota tim benar-benar harus satu hati. Tidak bisa saling menyalahkan, egois, dan punya kepentingan sendiri. Kalau tidak, tim mudah pecah. Jadi, sejak awal sudah harus dibicarakan kesepakatannya. Saya sendiri, karena lomba saya dibayari kantor, tidak ada persoalan memperebutkan hadiah.
Selain melatih dan ikut kompetisi, apa lagi tugas Anda?
Mengontrol rekanan kantor agar atlet mendapatkan apa yang ia butuhkan sesuai dengan yang ditawarkan saat rekanan mengajukan tender ke TNI. Jangan sampai atlet mendapatkan parasut yang tidak sesuai kebutuhannya, karena ini menyangkut nyawa ketika atlet terjun. Saya pasti tahu kalau ada ketidaksesuaian, karena calon user juga memberitahu kebutuhannya. Jangan sampai mereka komplain, karena ini menyangkut masalah kepercayaan terhadap perusahaan kami dan nyawa atlet. Saya lebih baik dibilang tidak bisa dibeli, daripada anak orang mati.
Bagaimana hubungan Anda dengan murid-murid Anda?
Sangat dekat. Mereka memanggil saya Mami, karena saya sudah seperti ibu mereka dan mereka sudah seperti anak saya sendiri. Kalau saya tidak bertugas ke luar negeri, mereka biasanya main ke rumah saat weekend. Saya hobi memasak, jadi merekalah korban hobi saya. Ha ha ha. Biasanya saya memasak kepiting, steak,dan lainnya. Kalau Ramadan, biasanya saya undang berbuka puasa di rumah saya. Yang datang biasanya sekitar 100 penerjun dari tiga angkatan.
Selain bertanya tentang latihan, mereka juga karaoke di ruang teve. Saking banyaknya yang datang, saya sampai menyewa kursi dan tenda, mirip orang mau nikahin anak. Ha ha ha. Tapi saya senang dan mereka juga tidak keberatan membantu beberes rumah. Kalau mereka lomba ke luar negeri, saya bawa dua koper besar berisi makanan untuk mereka. Saya pikir, belum tentu mereka cocok dengan makanan negara itu, seperti saya dulu. Jadi, daripada mereka enggak makan lalu jadi sakit dan berakibat ke hasil pertandingan, lebih baik saya bawakan makanan. Kalau penampilannya jelek, kan, menyangkut kredibilitas saya sebagai pelatih.
Bagaimana dukungan keluarga terhadap pekerjaan Anda?
Mereka sangat mendukung. Suami saya, A. Dominic Hayhurst, dan anak-anak saya, Tommy, Patrick, dan Dominic, sangat memahami pekerjaan saya yang padat ini. Apalagi, suami saya sekantor dengan saya, hanya saja basis kantornya di Afrika Selatan. Setidaknya sebulan sekali saya ke kantor di Amerika.
Kalau tugas ke mana-mana, anak-anak saya tinggal di rumah. Bahkan, baru tiga hari melahirkan saja, saya sudah berangkat kerja. Mereka sudah terbiasa saya tinggal kerja sejak kecil. Kalau mereka libur, sering saya ajak terbang, biar mereka tahu mengapa ibunya senang terbang. Waktu itu, saya ajak paragliding di Bali. Mereka juga sudah masuk ke wind pool dan menyukainya. Patrick malah pandai melakukannya.
Hasuna Daylailatu