Seorang pria malang asal Malaysia yang diketahui bernama Lim Chi Ling, menghembuskan napas terakhirnya sebelum operasi tranplantasi hati dilakukan.
Seperti dilansir dari worldofbuzz.com, nyawa Lim Chi Ling tidak tertolong karena terbentur masalah biaya.
Diketahui, Lim adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas di Melbourne, Australia.
Sejak SMA pun ia sudah bekerja untuk membantu biaya pendidikannya.
(Baca juga Tragis! Ini Deretan Artis Indonesia yang Meninggal Saat Namanya sedang Naik, Nomor 8 Koma Selama 5 Bulan)
Setelah bekerja keras bertahun-tahun, ia akhirnya bisa kuliah di sebuah univeristas di Melbourne, Australia, menggunakan uang hasil kerjanya serta tambahan dari tabungan sang ayah.
Tidak seperti mahasiswa kebanyakan, Lim bekerja paruh waktu sambil kuliah untuk mengurangi beban keluarganya.
Pada Juni 2017 lalu, Lim kembali ke Malaysia saat liburan kuliah.
Ia pulang ke Malaysia bukan untuk berlibur saja, tapi juga bekerja.
Singkat cerita, saat sedang menghadiri acara keluarga, tiba-tiba Lim mengeluh sakit di bagian perutnya.
Awalnya keluarga mengira bahwa sakit perut Lim biasa-biasa saja, namun kondisi Lim mendadak kritis.
(Baca juga Minta Maaf Sudah Selingkuh, Ustaz Al Habsyi : Ini Takdir Allah)
Lim kemudian dibawa ke sakit pemerintah.
Lim dan keluarganya kaget ketika mengetahui bahwa ia didiagnosis penyakit gagal hati.
Matanya pun menguning karena sakit kuning.
Ia kemudian kehilangan kesadaran dan tekanan darahnya makin melemah.
Khawatir akan kondisi sang anak, ayah Lim menyewa ambulance udara dengan biaya RM85,700 (Rp266 juta) untuk mengirimkan Lim ke rumah sakit di Singapura.
Semua tabungannya kosong serta harus berhutang sana-sini agar bisa menyelamatkan Lim.
Di Singapura, biaya operasi transplantasi organ itu sendiri senilai $300,000 atau sekitar Rp 2,9 miliar.
Selain itu, donor organ harus membayar $100,000 (Rp978 juta) sebagai biaya deposit rumah sakit.
Keluarga langsung tertunduk lesu mengetahui biaya rumah sakit.
Mereka terpaksa menunda sementara operasi yang harus segera dilakukan.
Kedua kakak Lim, masing-masing berusia 29 dan 30 tahun, memohon pada publik untuk mendonasikan uang.
"Organ kami cocok tapi kami tidak punya uang."
"Dokter tidak akan melakukan operasi karena biaya tidak cukup."
"Adikku akhirnya berbaring bergitu saja di rumah sakit," ujar sang kakak.
Keluarga butuh uang banyak demi secepatnya menyelamatkan nyawa Lim.
Namun, donasi tak terkumpul tepat waktu.
Lim akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit, menunggu operasi yang tak pernah bisa dilaksanakan.