Mereka terpisah dari keluarga dan tak ada yang tahu nasib keluarga mereka saat ini.
Terapi dilakukan di sebuah rumah sakit khusus.
Mereka menjalani meditasi dan sesekali menyanyikan lagu yang biasa mereka dengar di tanah kelahiran mereka di Irak utara.
Musik adalah bagian dari terapi.
Baca juga: Oral Seks Tanpa Kondom? Bahaya! 7 Penyakit Ini Siap Menyerang Anda
Ekhlas dan beberapa remaja lain sekarang bersekolah selayaknya remaja lain.
Ia juga menerima pelajaran tambahan, bahasa Inggris, yang secara khusus diberikan tim pimpinan Jacqueline Isaac.
Ekhlas juga aktif berbicara di berbagai forum internasional, antara lain di parlemen Inggris, untuk mengangkat nasib orang-orang Yazidi.
Diperkirakan antara 2.000-4.000 warga Yazidi masih berada di tangan ISIS, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Keji! Gadis Difabel Ini Korban Penculikan dan Perkosaan Tetangga Pecandu Narkoba
"Anda mungkin mengira saya tegar seperti batu cadas. Tapi saya sangat rapuh, jiwa saya terluka selamanya, rasanya seperti mengalami 100 kematian," kata Ekhlas.
Namun, setidaknya Ekhlas sekarang merasa aman dan memulai kehidupan baru di Jerman. Di sini, di Jerman, perempuan ini bercita-cita untuk menjadi pengacara. (*)
Ervan Hardoko/Kompas.com
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul, "Gadis Yazidi Korban ISIS: Setiap Hari Selama 6 Bulan, Saya Diperkosa."