Tak Disangka, Perubahan Iklim Bisa Bikin Makanan Kurang Bergizi!

By Dionysia Mayang, Senin, 7 Agustus 2017 | 03:20 WIB
Ternyata Ini Manfaat Kulit Telur, Bisa Usir Serangga Mengganggu Ini (Dionysia Mayang)

NOVA.id – Kenaikan tingkat karbondioksida di bumi ternyata merusak nilai nutrisi dari tanaman-tanaman pangan yang paling penting di dunia, dan belakangan kerusakan itu semakin buruk.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Enviromental Health Perspectives mengungkapkan kandungan protein beras, gandum, barley, dan kentang menurun antara 6 persen dan 14 persen jika ditanam dalam lingkungan dengan konsentrasi CO2 yang tinggi.

Ini bisa memunculkan risiko kekurangan protein pada penduduk dunia.

(Baca juga : 6 Cara Ampuh untuk Membesarkan Anak Agar Pintar)

"Temuan ini mengejutkan," kata Samuel Myers, peneliti studi tersebut, kepada NexusMedia.

"Jika kita memikirkan ini 15 tahun yang lalu dan mencoba mengantisipasi dampak kesehatan akibat emisi CO2, kita mungkin tidak mendapati bahwa makanan kita akan menjadi kurang bergizi," tambah dia.

Sedikitnya ada 18 negara yang berisiko kehilangan lebih dari 5 persen protein makanan mereka pada tahun 2050 jika level CO2 terus meningkat.

"Itu akan menambahkan 150 juta orang lainnya bersama ratusan juta orang yang sudah menderita kekurangan protein," kata Myers.

Kekurangan zat besi, yang sudah terjadi di banyak tempat di dunia, juga diprediksi akan menjadi isu yang jauh lebih besar.

(Baca juga : Ternyata Ini Manfaat Kulit Telur, Bisa Usir Serangga Mengganggu Ini)

Menurut studi pendukung dari GeoHealth, lebih dari 1 miliar wanita pada masa subur dan 354 juta anak di bawah usia 5 tahun diperkirakan kehilangan 4 persen zat besi akibat kenaikan kadar CO2.

Sebagian besar populasi yang berisiko itu tinggal di Asia Selatan dan Afrika Utara.

Menurut dia hal ini berkaitan dengan masalah keadilan.

Orang-orang yang bertanggung jawab atas meningkatnya emisi CO2 mencerminkan gambaran orang-orang yang akan menderita.

Negara yang lebih kaya menghasilkan CO2 sedangkan negara dengan orang-orang paling miskin menanggung akibatnya."(*)

(Kahfi Dirga Cahya/Kompas.com)