Lantas, apa yang kemudian Anda lakukan?
Saya berinisiatif mengumpulkan ibu-ibu di kampung saya untuk mulai menenun. Kebetulan ada tanah dan lahan kosong. Saya minta ibu-ibu memanfaatkan bambu, alang-alang dan kelapa untuk membuat rumah tenun. Daripada hanya mencari kutu dan menganggur, saya memotivasi mereka.
Jujur, awalnya ini hanya proyek iseng. Tapi, mereka ternyata serius bekerja. Padahal, mengerjakan tenun itu, kan, berat. Prosesnya panjang, rumit, dan butuh ketelitian tinggi. Melihat keseriusan mereka, saya tergerak untuk ikut serius. Akhrinya saya giat mencari informasi ke pemerintah dan dinas-dinas terkait, sampai akhirnya mereka memberi bantuan sehingga saya jadi lebih fokus.
(Alfonsa memrakarsai berdirinya Sentra Industri Lokal Lepo Lorun (STILL) sejak Oktober 2003).
Siapa saja yang menjadi anggota binaan Anda?
Sekarang, kelompok binaan saya sudah tersebar di 12 desa di seluruh Pulau Flores dan Pulau Palue. Setiap kelompok rata-rata beranggotakan 21 orang. Jadi total sekitar 252 orang anggota. Sampai tahun 2009 lalu, kami sudah berhasil memproduksi sekitar 900 helai kain tenun ikat Flores. Tidak cukup banyak, karena memang prosesnya rumit sekali.
Prosesnya saja harus melalui 18 tahapan. Mulai dari kapas dipintal jadi benang, lalu jadi kain, sebelum jadi kain diikat dulu, diberi warna, diurai satu per satu, di-frame, sampai beberapa macam frame tenun.
Rata-rata untuk satu lembar kain, yang asli dari bahan pintal dan pewarna alam kurang lebih dikerjakan selama 9 bulan. Itu yang standar. Harganya pun jauh lebih tinggi. Minimal Rp2,5 juta sampai tidak terbatas. Yang harganya Rp 25 juta pun ada.
Anda, kan, lulusan Teknologi Pertanian. Lalu, bagaimana cara mengembangkan kemampuan anggota binaan Anda?
Saya hobi sekali mencampur-campurkan warna. Saya juga sempat memperdalam pengetahuan dengan mengikuti pelatihan tekstil di Yogyakarta. Saya belajar memadukan warna dengan menggunakan pewarna praktis.
Nah, ilmu itulah yang saya bagikan ke ibu-ibu kelompok. Setelah dibuat dan diramu, ternyata hasilnya, milik kami lebih unggul.
Yeta Angelina