Dulu, kan, zaman sulit, kue seperti itu belum gampang diperoleh. Jadi, kami juga ingin ikut menikmati kue itu. Mata saya tak pernah berhenti menatap kue itu. Jika kue lapisnya sudah dimakan orang lain, saya lapor ke kakak, "Kue lapisnya sudah dimakan!" Begitu seterusnya setiap ada kue yang dimakan oleh tamu. Ha ha ha.
Aktif OrganisasiSaya mulai aktif berorganisasi sejak SD, misalnya jadi Ketua Kelas. Bila ada kegiatan sekolah, saya selalu jadi panitia. Di SMP, karena aktif sekali, saya sampai pernah mengkoordinir demo dengan menyewa truk. Saya koordinatornya, jadi duduknya di sebelah sopir. Ha ha ha.
Ketika ada malam penggalangan dana, kami juga bisa mengundang penyanyi super top kala itu, Dara Puspita. Hebat ya, saya bisa mendatangkan mereka. Meski begitu, kedua orangtua selalu mengajarkan sikap-sikap baik. Ketika Ayah jadi Panglima, kami harus bisa menjadi diri sendiri, jangan merasa jadi anak panglima.
Semua fasilitas jangan dipakai, misalnya ayah pakai ajudan, anaknya ya jangan ikut-ikutan. Hal ini saya turunkan juga ke anak-anak, meski dulu kakeknya menteri dan papanya juga menteri, lalu saya kini juga jadi menteri, anak-anak tak perlu berubah sikapnya.
Pernah sekali waktu, kebetulan Ayah sedang bertugas ke luar negeri saat menjadi anggota dewan telekomunikasi. Suasana di Indonesia mencekam karena sedang terjadi pemberontakan. Kami bahkan diteror dan diawasi. Ayah tak bisa pulang karena kondisinya tak memungkinkan. Lantaran khawatir, Ibu terpaksa membawa kami mengungsi selama 3 bulan di suatu tempat. Untungnya kami tetap bisa bersekolah.
Kasih sayang Ibu kepada kami sangat besar. Sosoknya tegar dan mau berjuang. Beliau suka sekali masak dan selalu menyiapkan makanan buat kami. Beliau juga sangat memperhatikan keluarga. Bahkan, adik-adik Ibu pun dibesarkan dan tinggal bersama Ibu. Tapi sayang, kepandaiannya memasak tidak menurun ke saya, melainkan ke kakak saya.
Jadi Vokalis Band Saking banyaknya yang hidup bersama kami di rumah, Tante kami juga ikut ke luar negeri saat Ayah sedang bertugas. Begitu juga saat harus ke Italia, kami pergi berbondong-bondong ke Roma.
Dulu, mobil di sana masih besar-besar seperti Cadillac. Jadi, saat kami turun dari mobil sambil pakai jaket karena dingin, orang-orang di sana sampai bingung melihat rombongannya banyak sekali. Satu persatu kami dihitung. "Mamma Mia," kata mereka. Pasti mereka pikir anaknya banyak banget. Ha ha ha.
Begitu juga saat saya di SMA, kebetulan Ayah mendapat tugas sebagai Gubernur Akabri di Magelang. Suasana di Magelang sepi sekali. Oleh karena suka musik, akhirnya kami membuka stasiun radio pemancar, namanya Antariksa.
Waktu itu modelnya masih radio pemancar. Saat itu usia saya 16 tahun dan sudah jadi penyiar. Kode namanya, Lima Alfa Sierra atau singkatkan dari nama saya. Kami juga pernah bikin band keluarga, lho! Saya main organ dan jadi vokalis. Suaranya semampunya saja, tapi kayaknya sudah paling top saja waktu itu. Saya memang sempat belajar piano tapi tak terlalu jago.
Kegiatan itu kami lakukan hanya untuk mengisi kekosongan saja. Kadang manggung di Akademi Militer atau di rumah saat ada acara tertentu. Setelah saya jadi mahasiswa, sudah tak pernah main band lagi.
Selama setahun di Magelang, sebelum lulus SMA, saya dipindah ke SMA 6 Bulungan untuk persiapan jurusan dan kuliah. Khawatir Ayah ditugaskan lagi ke lain kota, jadi saya lebih dulu pindah ke Jakarta untuk mempersiapkan diri jadi mahasiswi.
Saya sempat kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Saya sebetulnya ingin jadi dokter, tapi tak diterima di Universitas Indonesia. Sayang, saya tak bisa meneruskan kuliah karena menikah. Kelak saya melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Jurusan Administrasi Negara sampai selesai.
Selain menambah wawasan ilmu, intinya saya ingin memberi contoh kepada anak-anak. Belajar tidak ada batas usianya. Jadi, ketika mereka belajar bersama teman-temannya, saya juga ikut belajar. Makanya, tak ada alasan bagi mereka untuk bermalas-malasan. Mereka jadi rajin belajar karena ibunya saja masih terus belajar. Hal itu saya lakukan untuk memotivasi mereka.
Noverita K. Waldan
(Minggu depan: Linda dilamar dan menikah. Linda pun aktif di berbagai organisasi kewanitaan dan menjadi anggota DPR. Namun, ada peristiwa tak terlupakan, sampai-sampai Linda dan keluarganya harus terbang ke Belanda. Apa yang dialami Linda? Tunggu kisahnya minggu depan.)