Siapa bilang sariawan cuma milik orang dewasa? Anak kecil, bahkan bayi pun, bisa terkena. Simak saja pengalaman Ibu Reni saat anaknya (6 bulan) sudah beberapa hari rewel dan tak mau makan, "Badannya agak panas. Lalu saya buka mulutnya. Eh, ternyata ada bercak putih kecil di pipi bagian dalam. Saya bersihkan pakai kasa tak hilang. Rupanya dia sariawan."
Memang, menurut dr. Rini Sekartini, SpA, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, "Sariawan pada bayi agak sulit diketahui." Umumnya orang awam mengaitkan sariawan ini dengan panas dalam. "Mungkin karena terasa panas pada tenggorokan dan biasanya tampak bercak putih di bagian luar seperti bibir," jelasnya.
Nah, mengapa sariawan bisa terjadi pada anak?
JENIS SARIAWAN
Kasus sariawan pada anak berbeda satu dengan yang lainnya. Ada anak yang sering terkena dan ada juga yang jarang sekali sariawan. "Dikatakan sering bila dalam sebulan terjadi sariawan 2-3 kali. Proses penyembuhannya juga cukup lama, rata-rata 7-9 hari atau bisa sampai 2 minggu," ujar Rini. Jadi, kalau sebulan saja dia dua kali terkena sariawan, maka sepanjang bulan itu anak terus menderita sariawan.
Berdasarkan lokasinya, sariawan pada anak, baik itu bayi maupun balita, lebih sering terjadi pada bibir, lidah, pipi bagian dalam (mukosa), dan tenggorokan. Jarang sekali terjadi sariawan di gusi. Munculnya pun hanya satu, paling banyak dua. Tidak pernah berjejer seperti yang terjadi pada orang dewasa.
Ada beberapa jenis sariawan yang kerap terjadi pada anak. Di antaranya stomatitis apthosa, yaitu sariawan karena trauma, misalnya tergigit atau terkena sikat gigi sehingga luka atau lecet. Lalu, sariawan oral thrush/moniliasis, yang disebabkan jamur candida albican. Biasanya sariawan ini banyak dijumpai di lidah. Ada pula stomatitis herpetik yang disebabkan virus herpes simplek. Sariawan jenis ini berlokasi di bagian belakang tenggorokan.
"Umumnya sariawan yang terjadi pada bayi disebabkan oleh jamur. Sedangkan pada anak balita disebabkan oleh trauma dan juga jamur," jelas Rini
Proses terjadinya sariawan apthosa adalah karena gigitan atau tersodok sikat gigi sehingga menimbulkan luka/lecet. Jika kemudian kuman masuk dan daya tahan tubuh anak sedang turun, maka bisa terinfeksi. Timbul peradangan dan melahirkan rasa sakit atau nyeri.
Sedangkan pada sariawan moniliasis, dalam keadaan normal jamur memang terdapat dalam mulut. Saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah dengan penggunaan obat antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, maka akan memudahkan jamur candida albican tumbuh lebih banyak lagi.
Sementara itu sariawan di tenggorokan biasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah.