Pentingnya Seribu Hari Pertama (1)

By nova.id, Senin, 24 September 2012 | 02:18 WIB
Pentingnya Seribu Hari Pertama 1 (nova.id)

Pentingnya Seribu Hari Pertama 1 (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Orangtua tentu mendambakan anak yang sehat dan cerdas. Namun, kunci mencetak anak yang sehat dan cerdas justru ada di seribu pertama kehidupannya. Sayangnya, tak banyak yang mengetahui fakta ini sehingga masih banyak anak di Indonesia yang kekurangan asupan nutrisi sehingga proses tumbuh kembangnya terhambat. 

Hal ini diungkapkan pada "Diskusi Kegiatan Lintas Sektoral Terkait Perbaikan Gizi" di kantor Kemendiknas RI. Diskusi ini juga mengungkapkan hasil laporan State Of The World's Mothers 2012. Ternyata, 170 juta anak di dunia tidak mendapatkan gizi yang diperlukan dalam seribu hari pertama kehidupannya.

Di Indonesia sendiri, rata-rata kematian anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2010 adalah sebanyak 35 per seribu anak, sementara 18 persen anak mengalami berat badan kurang. Dan, mengutip data WHO tahun 2007, 32 persen penyebab kematian neonates (bayi baru lahir) di Indonesia disebabkan oleh prematur.

Pengembangan Sel Otak

"Kebanyakan masa depan anak dan masa depan bangsa ini ditentukan oleh kualitas gizi pada seribu hari pertama anak," ujar Trisnawati Gandawidjaja dari Save The Children, organisasi independen yang fokus pada kebutuhan anak di 120 negara.

Saking pentingnya, menurut Prof. Dr. Ali Gufron Mukti, M.Sc, PhD., Wakil Menteri Kesehatan RI. periode seribu hari pertama disebut sebagai window of opportunites atau periode emas (golden period). Pasalnya, sejak masa janin hingga anak berusia dua tahun terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.

Artinya, selama 280 hari anak di dalam kandungan serta 720 hari setelah ia lahir, pemenuhan gizi harus diperhatikan agar pencapaian potensi dapat diraih secara maksimal. Periode awal kehidupan ini juga disebut sebagai periode sensitif. Alasannya karena pada saat itulah perkembangan sel-sel otak pada manusia terjadi. Otomatis ketika ada gangguan pada periode tersebut, dampaknya akan permanen dan tidak bisa diperbaiki. 

"Lingkungan selama masa kehidupan janin berhubungan dengan kesehatan anak di kehidupan ketika ia dewasa. Karena, kan, penyakit di masa dewasa itu bisa sekali dipengaruhi oleh kehidupan intrauterin (saat masih di dalam kandungan, Red.)," ujar dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(k), neonatologist dari RSCM.

Ia pun memberi contoh, salah satu penyebab bayi yang lahir dengan berat badan rendah adalah permasalahan metabolisme ketika ia dalam kandungan. Di kemudian hari, Sang Bayi berpotensial terkena diabetes mellitus 2, stroke, jantung koroner, atau skizofrenia.

Untuk mengatasinya, Trisnawati mengemukakan salah satu solusi yang dapat menekan tingkat kematian dan malnutrisi pada anak yaitu program Lifesaving Six.

"Enam solusi kunci gizi dengan biaya rendah dan sudah terbukti, adalah dengan memberikan suplementasi besi, ASI eksklusif selama enam bulan, ketepatan waktu pemberian makanan pendamping ASI, asupan vitamin A, seng, dan menjaga kebersihan lingkungan serta asupan yang diberikan," paparnya. Melalui asupan tersebut, harapannya, lebih dari dua juta anak setiap tahun akan dapat diselamatkan.

Ibu Harus Sehat

Menurut Dr. dr. Dwiani Ocviyani, SpOG(K)., dari RSCM, memberi edukasi dan kesadaran pada ibu hamil untuk memperhatikan gizi kandungan juga penting. Ia menambahkan, faktor terkait gizi dan kesehatan ibu yang banyak menghambat kesehatan anak adalah kemiskinan, pendidikan, kehamilan usia remaja, perencanaan kehamilan yang tak baik, juga kualitas antenatal (selama kehamilan, Red.).

"Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian seputar pengasuhan yang baik dan aman, serta meningkatkan asupan gizi dan status kesehatan ibu hamil itu sangat penting. JIka hal tersebut terpenuhi, ia dapat mencipta anak yang terpenuhi gizinya," ujar Rinawati.

Di lain pihak, kasus kematian ibu di Indonesia pun masih terbilang tinggi. Data Riskesdas 2007 menyebutkan sebanyak 13,6 persen perempuan dalam masa reproduktif mengalami malnutrisi protein kronis. Kondisi inilah yang ditengarai menjadi penyebab tingginya angka kejadian bayi yang lahir dengan berat badan kurang (prematur).

Oleh karena itu, sebelum atau saat kehamilan, penting sekali bagi Si Calon Ibu untuk mengetahui asupan gizi yang diperlukan dirinya dan janin. Pola ini harus dilanjutkan saat anak sudah lahir. Apalagi kesehatan anak di usia remaja serta pola pikir anak ketika ia beranjak dewasa hingga merencanakan kehamilannya akan ikut berpengaruh pada calon anaknya kelak.

Annelis Brilian / bersambung