Perjalanan hidup memang tidak semua berjalan lancar, begitu juga dengan yang aku alami. Ada peristiwa yang tidak pernah aku lupakan sampai sekarang. Suatu hari Mas telepon aku dan memberi kabar, "Siap-siap ya saya kayaknya ada masalah, nih, lagi diperiksa polisi." Mendengar kabar itu, bukan kepalang kagetnya aku. Begitu juga saat jadi pengacara, aku enggak pernah tahu kasus apa yang sedang ditanganinya. Hanya saja, aku tahu jika pulang kantor keningnya sudah berkerut berarti lagi ada masalah.
Sebagai istri aku pernah menanyakan, "Mas lagi ada masalah ya". Tapi yang aku terima pasti jawabannya selalu tak pernah cerita pokok permasalahan yang sebenarnya. Mas memang pelit membagi persoalan kepada keluarga. Aku paham, mungkin dia tidak ingin keluarga merasakan masalah yang sedang dihadapinya.
Aku tambah kaget saat Mas memberi kabar, dirinya bakal jadi tersangka. Terus terang aku enggak kuat mendengarnya dan langsung jatuh sakit. Keluarga langsung mengambil tindakan dengan membawa putriku, Jihan, ke Bandung diurus Mama. Untunglah, kemudian aku mendapat kabar ternyata Mas bukan tersangka. Namun semenjak itu, aku sudah menyiapkan diri suatu saat bisa saja terjadi status Mas berubah.
Benar saja, ketika Mas ditetapkan menjadi tersangka, kondisiku sudah siap. Sedihnya, Jihan malah sakit. Ketika itu rasanya kepala mau pecah, tapi aku harus tetap tegar dan percaya masalah ini akan selesai. Begitu juga ketika Mas masuk ke Mabes Polri, aku mendapat kabar dari pengacara. Sejak saat itu aku tidak bisa menghubungi Mas.
Dalam keadaan bingung karena anak sakit, yang mana yang harus aku selesaikan dahulu, akhirnya aku menyiapkan baju dan membawa Jihan ke dokter. Aku betul-betul tidak membayangkan. Kejadian saat itu sangat di luar dugaanku. Anak sakit, sementara suami ada di Mabes Polri.
Ternyata kemudian Mas dipindahkan ke Rutan Brimob Kelapa Dua, Depok. Duh, rasanya tempat kami semakin berjauhan dan aku ingin sekali bertemu dengan Mas. Namun kondisi tidak memungkinkan bagi kami untuk bertemu. Beberapa saat kemudian, barulah aku bisa bertemu Mas.
Aku benar-benar terharu ketika berpelukan dengan Mas. Kami sama-sama menangis, padahal biasanya kami jarang menangis. Rasanya plong sekali sudah ketemu Mas dan lega karena kondisi badannya sehat. Wajah Mas juga terlihat lega dan senang begitu melihat aku dan anak.
Karena ingin berdekatan dengan Mas, akhirnya aku putuskan untuk pindah sementara ke Depok. Kebetulan ada kerabat yang tinggal di sana. Untunglah ada saudaraku membantu masak buat kami. Karena dekat, aku jadi leluasa menengok Mas.
Tiap hari aku pasti menjenguk, bahkan Jihan pun ikut melihat. Kadang-kadang kalau Mas lagi pengin makanan kesukaannya, aku bawakan. Mas suka makanan Padang dari rumah makan Sederhana, tapi yang di dekat rumah kami di Jatinegara. Padahal, kan, sebenarnya masakan Padang sama saja, ya. Tapi Mas tetap ingin yang dekat rumah. Tidak lupa aku bawakan juga alat penghangat makanan biar nasi dan lauknya tetap hangat.(Bersambung)
Noverita K. Waldan