Saat kemapanan ekonomi sudah menjadi bagian hidup Anda, mulai muncul kebutuhan meraih status sosial. Hal ini menjawab kebutuhan Anda akan pengakuan lingkungan terhadap keberadaan Anda. Abraham Maslow, yang terkenal dengan teori hierarki motivasinya, menjelaskan bahwa kebutuhan manusia itu memang bertingkat. Dari kebutuhan dasar, naik ke kebutuhan sosial (untuk diakui statusnya dalam lingkup sosialnya), sampai akhirnya kebutuhan mengaktualisasikan diri.
Saran saya, berhentilah menutupi status Anda, terutama terhadap lingkup terdekat Anda. Jauh dari aib, kok. Anda kawin secara sah di hadapan Allah. Hanya saja, secara hukum, Anda memang lemah, bahkan lemah sekali. Anda tidak bisa meminta hak sebagai istri manakala suami kelak meninggal dunia. Dia bukan WNI dan Anda bukan warga negara Jepang, atau Hong Kong.
Buat saya, lebih baik Anda kawin siri daripada menjadi perempuan simpanan yang tak jelas statusnya. Kalau begini, bagaimana pertanggungjawaban di hadapan Allah nanti? Ceritakan kepada anak, apa dan bagaimana hidup yang Anda berdua jalankan. Tanpa perlu memberi pembenaran atas apa yang Anda lakukan.
Tak usah khawatir selama Anda mencoba menjadi ibu yang baik dan bermartabat di masyarakat. Anak biasanya mudah sekali memahami ibunya manakala ia memakai pikiran dan mata hatinya.
Anda memang mempunyai ikatan perkawinan dengan pria asing dan ini membuat perkawinan Anda terasa tidak lazim. Tetapi, jangan lupa, sebagai suami dan sebatas yang bisa ia lakukan, ia cukup bertanggung jawab, ya, Bu? Syukuri apa yang sudah Anda peroleh. Perbanyak upaya melakukan hal-hal baik bagi masyarakat di sekitar Anda. Dengan demikian Anda mempunyai tempat terhormat di mata masyarakat dan tidak dilihat negatif oleh lingkungan.
Jangan sedih, apalagi malu, cari uang sebanyak-banyaknya agar ada rasa aman yang lebih besar, dan sekolah anak pun jadi lebih terjamin. Oke? Salam sayang.