Tujuan Keluarga Berencana (KB) adalah mengatur jumlah kelahiran dengan menggunakan cara atau metode tertentu. Pada KB pria, yang dilakukan adalah menghambat masuknya sperma ke jalan lahir perempuan, sehingga konsepsi tidak terjadi. Yang harus diperhatikan sebelum menjalankan KB adalah jumlah anak dan jenis KB apa yang akan dipakai. Khususnya jika yang dipilih adalah metode KB yang sifatnya permanen.
Menurut dr. Anita Gunawan, MS, Sp.And., spesialis andrologi dan konsultan seksual dari RS Pondok Indah, Jakarta, memilih alat kontrasepsi atau alat KB pada pria lebih susah dibandingkan pada perempuan. Bisa jadi, ini karena pola pikir atau anggapan yang masih sering keliru. Misalnya, kaum perempuan atau pihak istri yang keberatan bila suaminya menggunakan alat KB.
"Perempuan menganggap pria akan keenakan kalau ikut KB, karena bisa bisa main dengan perempuan lain tanpa takut hamil. Meskipun sebetulnya urusan selingkuh atau penyelewengan ini kembali ke pribadi masing-masing. Tidak KB pun kalau maunya nyeleweng, ya pasti nyeleweng juga," kata Anita.
Selain itu, ada juga anggapan bahwa penggunaan alat KB akan menurunkan gairah seksual pria, misalnya pada tindakan vasektomi. Akibatnya, pengaturan kelahiran dari sisi pria ini pun menjadi kurang populer dan seakan-akan teredam serta tidak tersosialisasikan dengan baik. Bahkan ada pria atau suami yang baru mau memakai KB setelah pihak istri gagal menahan kehamilan dengan berbagai cara KB.
Pil KB dan Herbal
Sama seperti perempuan, jenis KB pria ada beberapa macam. Mulai kondom sampai pengggunaan teknologi ultrasound. Kondom merupakan alat kontrasepsi pria yang paling sederhana. "Meskipun masih ada yang tidak memasukkan kondom sebagai alat KB, karena kemungkinan bocor atau aspek ketaatan pemakainya. Selain sederhana, kondom juga jelas menghambat masuknya sperma ke jalan lahir perempuan," kata Anita.
Jenis alat KB berikutnya adalah pil KB. Ada yang hormonal dan herbal dengan tujuan menghalangi ejakulasi atau menurunkan jumlah sperma. Tetapi, pil KB jenis ini belum tersedia di Indonesia.
Meskipun demikian, pil KB bagi pria masih belum seefektif pil KB wanita. "Idealnya, kan, menurunkan jumlah sperma. Cuma, sampai ke batas jumlah yang mana yang tidak bisa membuat hamil, sampai sekarang belum ditemukan angkanya," ujar Anita.
Selain hormonal, kini juga tengah dikembangkan pil KB yang terbuat dari ekstrak tanaman Gendarussa, sejenis tanaman (herbal) yang tumbuh di Papua. Tanaman ini bisa meningkatkan vitalitas sekaligus mengeluarkan suatu enzim yang akan mencegah sperma masuk ke sel telur. Tapi, tanaman ini juga masih dalam tahap penelitian.
Alat KB yang lain adalah KB suntik (injeksi). Prinsip kerjanya juga menghambat sperma masuk ke jalan lahir perempuan dengan jalan injeksi. Pemberiannya rata-rata sebulan sekali.
Kalender atau Coitus Interruptus?
Upaya mengatur jumlah kehamilan yang lainnya adalah dengan melakukan sanggama terputus atau coitus interruptus. Namun, kata Anita, pasangan suami istri harus benar-benar berkomitmen ketika memilih cara ini. Pasalnya, "Bisa terjadi dampak psikologis bagi pihak perempuan atau istri. Misalnya pada saat istri tengah menuju orgasme, tetapi suami sudah menarik penis," katanya.
Cara lain yang dianjurkan Anita adalah dengan sistem kalender. Metode ini dilakukan dengan melihat siklus masa subur perempuan atau istri. "Catatannya, cara ini bisa dilakukan selama siklus haidnya teratur. Kalau tidak teratur, lebih baik memakai kondom," tukasnya.
Untuk menjalankan sistem kalender, masa subur perempuan harus diketahui dulu. Masa subur perempuan terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang. "Sperma bertahan tiga hari. Jadi, tiga hari setelah dan sebelum masa subur, sebaiknya tidak melakukan hubungan intim, atau menggunakan kondom," jelas Anita.
Potong Saluran Sperma
Alat-alat kontrasepsi tadi merupakan alat kontrasepsi non-permanen. Yang permanen adalah kontrasepsi dengan operasi (surgery), yaitu vasektomi. Prinsip kerjanya sama dengan tubektomi pada perempuan. Jika tubektomi dilakukan untuk menutup atau memotong saluran tuba, maka vasektomi adalah menutup atau memotong sebagian kecil saluran sperma (vas deferens), sehingga tidak terjadi konsepsi.
Ada dua macam vasektomi, yaitu dengan memotong saluran sperma, dan menutup atau menyumbat saluran sperma. Penyumbatan dilakukan dengan menggunakan semacam cairan atau gel, yang kemudian mengental dan menyumbat saluran sperma tadi.
Vasektomi termasuk metode kontrasepsi yang efektif dengan tingkat keberhasilan yang tinggi yaitu hampir mencapai 100 persen. Namun, ada syarat khusus sebelum pria melakukan vasektomi. Yang pertama, karena sifatnya yang permanen, pasangan suami-istri harus benar-benar berkomitmen sebelum melakukan vasektomi. Misalnya, jika kemudian pasangan ini bercerai, maka suami harus tahu bahwa jika ia menikah lagi, ia tidak bisa memiliki keturunan.
Suami juga harus jujur kepada istri barunya bahwa ia sudah menjalani vasektomi. "Bisa, sih, dilakukan upaya rekanalisasi atau membuka kembali saluran sperma, tetapi keberhasilannya tidak bisa diharapkan," jelas Anita. Oleh karena itu, saran Anita, sebelum menjalani vasektomi, pasangan suami-istri harus benar-benar siap dan tahu risikonya. Berbeda dengan tubektomi yang masih bisa diupayakan kehamilan dengan jalan bayi tabung.
Tembak dengan Ultrasound
Syarat lain vasektomi, pasangan suami istri harus sudah memiliki minimal tiga anak sebelum memutuskan melakukan vasektomi. Pada tubektomi, ada syarat lain, yaitu perempuan atau istri harus berusia minimal 35 tahun sebelum melakukan tubektomi.
Pria juga tidak boleh melakukan hubungan intim dengan istri atau pasangannya sampai 3 bulan setelah operasi vasektomi. Pasalnya, kemungkinan masih ada sisa sperma di dalam tabung sperma. Bisa saja terjadi rekanalisasi (saluran sperma terbuka kembali), sehingga terjadi kehamilan. "Kalaupun mau berhubungan intim, pakai kondom. Jadi, harus benar-benar clean, setiap bulan juga harus diperiksa," tutur Anita.
Selain alat atau metode kontrasepsi di atas, kini juga tengah dikembangkan KB dengan ultrasound. Ini yang disebut upaya KB non-surgical dan non-pharmaceutical. Namun, teknologi ini kini masih dalam tahap penelitian kepada binatang coba. Prinsip kerjanya adalah menembakkan ultrasound ke testis supaya produksi sperma turun sampai tingkat nol. Angka ini merupakan angka ideal untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan.
Hasto Prianggoro