Agar Anak Patuh Pada Orangtua

By nova.id, Minggu, 26 Agustus 2012 | 13:12 WIB
Agar Anak Patuh Pada Orangtua (nova.id)

Agar Anak Patuh Pada Orangtua (nova.id)

"Ilustrasi "

Anda tak bisa melewatkan peran ini, dimana pola asuh memang soal negosiasi. Kendati sering kali yang terjadi adalah soal berebut tongkat kekuasaan dengan anak-anak. Mulai, soal apakah mereka memakan sayuran? Apakah mereka mandi? Apakah mereka  tidur tidak larut malam? Dan masih banyak lagi.

Sedikit saran dari Dr. Phil berikut akan membantu Anda mengambil alih kekuasaan sebagai orang tua. Dan, membuat anak-anak melakukan apa saja seperti yang Anda mau.

Konsisten Dalam Disiplin  

Apakah Anda perlu mengancam atau menghukum anak Anda ketika dia bertingkah? Lalu, pada kesempatan yang lain, Anda tak melakukannya lagi. Menurut Dr. Phil, sikap ini akan mengirimkan  pesan campuran "Jika Anda juga dapat menyerah di beberapa waktu dan menjadi keras di waktu yang lain". Dengan kata lain, Anda masih memiliki jadwal berselang atas sikap disiplin. Ini menciptakan adaptasi dan resistensi anak, terhadap perintah Anda.

Seorang ibu menuturkan, "terakhir kali, butuh lima kali hukuman sebelum  menyerah. Lalu tiba tujuh kali sebelum ayahnya dipanggil. Jadi, saya hanya bertahan saja..". Di sini terlihat, anak tidak akan belajar bersikap disiplin kendati Ibu telah mengajarkan disiplin. Dengan inkonsistensi, anak akan berpikir, dirinya bisa melakukan yang ingin dilakukan ketika ia menginginkannya.

Cobalah Pola Asuh Komando

Komando pengasuhan berarti melakukan apapun demi mentalitas. Ketika satu pasangan tidak bisa menyuruh anak berdiam di tempat tidur sepanjang malam, Dr Phil menyarankan sebuah intervensi drastis.

"Jika perlu, potong sebagian pintu atas kamar anak lalu kunci dari luar sehingga anak tak dapat keluar," ungkapnya. Jika anak berteriak, abaikan saja. Jika Anda khawatir, letakkan sebuah kamera pengintai dalam kamar anak.

Anak memang akan frustasi ketika pertama Anda menerapkan peraturan baru. Pada suatu waktu anak juga akan melempar tantrum seperti berteriak, menjerit dan sebagainya. Hingga akhirnya, anak meminta ijin ke kamar mandi. Tetaplah pada keteguhan, ini menunjukkan Anda memiliki komitmen yang tinggi sehingga layak mendapatkan penghormatan anak.

Hilangkan Sesuatu yang Bernilai

Ketika anak mulai bertingkah, hilangkan sesuatu yang bernilai baginya. "Singkirkan mainan favoritnya, ambil selimut kesayangannya, dan barang-barang kecintaannya yang lain," saran Dr. Phil. Apapun yang menjadi barang berharga anak, orang tua perlu tahu.

Dengan mengambil barang-barang kesukaan, anak dapat belajar sesuatu "jika saya melakukan A maka saya kehilangan B".

 Bawa pergi dan dia tidak melihatnya lagi ... Membuat upacara dari itu Pada hari Sabtu bawa ke tempat penampungan dan memberikannya kepada anak-anak miskin.. " Setelah Anda memahami apa nilai-nilai anak Anda, dan Anda mengontrol mata uang, maka Anda membentuk anak.

Saat menghilangkan barang anak, buat agar anak tak melihatnya lagi. Tak peduli semahal apapun barang tersebut. Misal, memberikan gadget permainan anak pada sepupunya atau anak-anak kurang mampu.

Lalu, buat semacam upacara pelepasan ketika menghilangkannya sehingga anak merasakan 'hukuman' ini sebagai bentuk sanksi dan bukan sebuah kekejaman.

Sekali Anda mengetahui apa yang menjadi berharga di mata anak, Anda dapat mengontrol dan membentuk anak.

Buat Anak Mampu Memprediksi Konsekuensi  

Anak-anak juga perlu mengetahui dengan pasti bahwa perilaku terlarang yang dilakukannya akan membuatnya bertemu konsekuensi tertentu. Anda bisa menanamkan kemampuan ini. Sebagai contoh, ibu yang kerap sulit membuat anak putrinya bangun dan bersiap sekolah. Katakan, "Kalau kamu tak mau bangun, kamu seprai lagi. Ibu akan mengambil semua sepraimu dan membuangnya". Anak perlu tahu, jika dirinya bertahan tak mau mengikuti aturan orang tuanya, ia akan menanggung konsekuensi tidur tanpa seprai. Lalu, jangan pula membantunya membelikan seprai baru, biarkan dirinya membeli seprai dari uang sakunya. Jangan berkompromi dengan rengekan anak di lain waktu atau anak akan menjadi berperilaku lebih buruk di kemudian hari.

Laili / dari berbagai sumber