Aliya, Bayi Berusia 10 Bulan Berbobot 20 Kg

By nova.id, Selasa, 3 Maret 2015 | 04:21 WIB
Aliya Bayi Berusia 10 Bulan Berbobot 20 Kg (nova.id)

TabloidNova.com - Di Jharkand, India, ditemukan bayi 10 bulan berbobot 20 kilogram. Hal ini membuatnya menjadi salah satu bayi terberat di dunia.

Aliya Saleem, nama bayi perempuan itu, lahir dengan bobot yang lumayan berat, yaitu 4,5 kilogram. Lalu, bobot badan Aliya bertambah dengan sangat cepat sejak berusia empat bulan. Kini, bobot Aliya sama dengan bobot rata-rata anak perempuan berusia enam tahun.

"Beberapa bulan setelah lahir, berat badannya bertambah dengan cepat. Kami harus membeli baju baru tiap dua minggu karena baju lamanya menjadi terlalu sempit," kata Shabana Parveen (25), ibu bayi "jumbo" itu.

Berat badannya yang di luar kelaziman membuat hidup Aliya dalam bahaya. Namun, kedua orangtuanya tak memiliki biaya cukup untuk mendapatkan perawatan medis yang memadai.

"Kami sudah mencoba yang terbaik. Namun, kami hanya mampu membawanya ke rumah sakit lokal," kata Mohammad Saleem (28), ayah Aliya.

"Para dokter di desa kami tak menjelaskan penyakit yang dideritanya. Kami membawa Aliya ke seorang dokter di kota Ranchi dan setelah memeriksa, dia menyarankan kami membawa Aliya ke kota lain. Karena kami tak punya uang, kami tak membawanya," ujar Saleem.

Beruntung, Rumah Sakit Fortis di New Delhi bersedia memberikan konsultasi kesehatan untuk mencari penyebab pertumbuhan berat badan Aliya yang berlebihan itu.

"Dia adalah bayi 10 bulan terberat yang pernah saya temukan. Ini bisa jadi sebuah kasus obesitas morbid atau ketidakseimbangan hormon," kata Kepala Kedokteran Anak RS Fortis, Dr Krishan Chugh.

"Kami harus melakukan sejumlah tes sebelum memberikan diagnosis yang tepat. Perawatan bayi ini bergantung pada diagnosis yang kami ambil nantinya," ujar Krishan.

"Ada beberapa kelainan kesehatan yang bisa kami tangani. Semuanya bergantung pada penyebab masalah ini yang akan ditemukan nanti," lanjut Krishan.

KerepotanBobot Aliya tentu saja membuat kedua orangtuanya, terutama sang ibu, kerepotan. Parveen mengaku tak sanggup memangku putrinya itu untuk waktu yang lama.

"Semakin hari dia semakin berat. Suami saya selalu pulang larut malam dari pekerjaannya sehingga sepanjang hari, saya harus menyelesaikan pekerjaan rumah dan mengurus Aliya. Situasinya sulit karena dia tak bisa duduk sendiri," ujar Parveen.

"Dia terus menangis sepanjang hari. Dia sering terbangun pada malam hari dan kerap kesulitan bernapas," tambah dia.

Selain itu, terus bertambahnya bobot Aliya juga memberatkan perekonomian keluarga miskin ini. Sebab, jumlah makanan yang disantap Aliya juga tiga kali lipat dari anak-anak seusianya.

Parveen dan suaminya memiliki satu anak lain, yaitu Ali, yang berusia lima tahun. Tak seperti adiknya, Ali berbobot normal, tetapi tak bersekolah karena tidak ada biaya.

Sebelumnya, pasangan ini juga memiliki seorang putri bernama Simran. Dia meninggal dunia saat berusia satu setengah tahun akibat kondisi serupa dengan Aliya. "Simran masih makan pagi. Saya pergi bekerja saat itu lalu mendapat kabar bahwa Simran sakit dan darah mengalir dari mulutnya," kenang Saleem.

"Kami bergegas membawanya ke rumah sakit, tetapi nyawanya tak terselamatkan," lanjut Saleem.

Akibat pengalaman buruk itu, Saleem dan Parveen khawatir kondisi serupa akan menimpa Aliya, apalagi bobot tubuh Aliya terus bertambah.

Satu hal yang membuat Parveen dan Saleem bahagia adalah Aliya menjadi kesayangan seluruh warga desa. "Seluruh warga desa mencintai dia. Anak-anak juga selalu datang dan bermain dengan dia meski hampir tak ada yang bisa menggendong dia," kata Parveen.

Kompas.com/Ervan Hardoko