Beberapa waktu lalu pasangan artis Nirina Zubir dan Ernest "Cokelat", dibuat kalang kabut di rumah sakit. Setelah bayi mungil mereka Zivara dilahirkan, muncul masalah baru yang tak kalah pelik. Bayi mereka mengalami kuning atau yang dalam medis disebut juga dengan ikterus oleh hyperbilirubinemia.
Kondisi ini didiagnosis oleh dokter disebabkan ketidakcocokan golongan darah Ibu dengan bayi atau yang dikenal dengan A-B-O incompatibility. Di mana golongan darah anak yang berjenis B bereaksi dengan golongan darah ibu yang berjenis O yang mengalir dalam tubuh anak, sehingga sel darah merahnya mudah pecah dan meningkatkan konsentrasi bilirubin dalam aliran darah.
Meski secara fisiologis semua bayi dapat mengalami kuning, namun bila tidak ditangani secara tepat juga dapat berakibat fatal.
"Kuning yang hebat pada bayi, bisa menyumbang terjadinya kerusakan sel otak permanen," ujar dr. Setyadewi Lusyati, Sp.A(K) konsultan neonatologi RSAB Harapan Kita-Jakarta mengingatkan.
Inilah mengapa, dokter anak cukup berhati-hati memantau perkembangan bayi baru lahir, terutama dalam 3 hari setelah dilahirkan. Umumnya, kuning fisiologis baru akan muncul setelah bayi berusia 3 hari. Bila kurang dari itu, dokter anak akan mengobservasi perkembangan hyperbilirubinemia sembari melakukan upaya penyinaran.
Berkaca pada pengalaman pasangan Nirina-Ernest, pasangan suami-istri sebaiknya tidak main-main dengan perbedaan golongan darah. Khususnya istri dengan golongan darah O dan suami bukan O.
Nah, agar tidak mengalami risiko yang fatal sebaiknya ketahui seluk beluk soal ketidakcocokan golongan darah.
Akibat Beda GolonganSetidaknya ada 4 golongan darah A, B, AB dan O yang dikenal secara universal. Keempat golongan darah ini memiliki kandungan dan karakteristik yang berbeda. Golongan darah A dikatakan memiliki kandungan antigen A, golongan darah B memiliki kandungan antigen B, golongan darah AB memiliki antigen B dan antigen A, sedangkan golongan darah O memiliki anti A dan anti B. Kandungan ini yang menyebabkan tubuh membentuk antibodi dan menyerang sel darah merah yang mengandung zat antigen (dianggap sebagai benda asing, red.).
Pada proses persalinan, darah Ibu yang bergolongan O akan berkontak lebih banyak dengan golongan darah anak. Banyaknya darah janin yang memiliki antigen masuk ke sirkulasi darah ibu, membuat sistem imun ibu membentuk kekebalan (antibodi) terhadap antigen A ataupun antigen B. Kekebalan ini kemudian menyerang darah anak yang memiliki antigen tersebut sehingga sel darah merah pecah dan menjadi bilirubin (indirect). Ini dapat mengakibatkan bayi menjadi kuning.
Padahal dalam kondisi normal saja, bayi memiliki potensi peningkatan bilirubin yang lebih tinggi ketimbang orang dewasa karena sifat sel darah merah bayi lebih mudah pecah. Namun biasanya, tubuh bayi akan berusaha menstabilkan kadar bilirubin dengan mekanisme konjugasi oleh hati. Yaitu, upaya mengubah menjadi bilirubin indirect menjadi bilirubin direct yang lebih larut air dan mudah dikeluarkan alias mengubah bilirubin menjadi cairan empedu serta dikeluarkan melalui pencernaan dan memberi warna pada feses. Umumnya, setelah lewat usia 10 hari, kuning pada bayi akan hilang seiring kualitas dinding sel darah merah yang semakin baik dan fungsi hati yang optimal mengkonjugasi bilirubin.
Tak Selalu TransfusiSayangnya, peningkatan kadar bilirubin pada bayi kadangkala tidak bisa ditolerir oleh tubuh sendiri. Kadar bilirubin pun menumpuk dalam darah terlalu tinggi.
Padahal ambang toleransi bilirubin dalam darah di bawah 15 mg/dl (250 ?mol/L) pada bayi cukup bulan dan 12 mg/dl (250 ?mol/L) pada bayi kurang bulan.(Bersambung)
Laili Damayanti