Ketakutan InsecureKetakutan terbesar pria wajah paling tertanam dalam budaya "Apakah saya dapat melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarga saya?"
Beberapa pria terlalu mengkhawatirkan penghasilan yang tadinya cukup untuk berdua. Ini menjadi beban berat yang harus dipanggul seorang calon ayah di dalam pemikirannya. Kendati demikian, yakinkan pasangan bahwa ia harus kuat bagaimanapun caranya. Beri dukungan emosional sehingga calon ayah merasa ia sanggup menerima tanggung jawab sebagai seorang kepala rumah tangga.
Ketakutan PenampilanLebih dari 80 persen calon ayah menyatakan khawatir tidak akan mampu berada di sisi ketika pasangan dalam proses persalinan. Mereka takut pingsan, muntah, atau mual saat melihat proses, darah dan semua hal berkait dengan persalinan. Kekhawatiran tersebut bisa jadi diperparah dengan beberapa budaya dan olok-olokan orang tentang proses persalinan.
Jika calon Ayah tidak mampu menolerir darah, melangkah keluar dari ruang bersalin. Atau Anda juga bisa mencoba berbicara dengan ayah lain yang pernah mengalaminya. Umumnya, hal pertama yang dikatakan seorang ayah saat mereka keluar ruang bersalin "bayi dan istri saya baik-baik saja" lalu mengatakan "saya tidak mual dan dapat melaluinya".
Ketakutan PaternitasPada wawancara yang dilakukan pada separuh calon ayah baru, saat ditanyakan apakah pasangan mereka berselingkuh, mereka tersinggung dan sakit hati. Saat menunggu kelahiran, beberapa pria kerap tak yakin dan takut istrinya berselingkuh.
Kadar ketakutan ini kemudian membuat beberapa pria lebih memperhatikan ciri fisik sang anak untuk memastikan itu anaknya. Dan berwajah lega ketika anaknya memiliki ciri fisik dirinya. Ini adalah hal yang wajar dan bukan pertanda kekurang percayaan. Jadi tenang saja!
Ketakutan KematianBila Anda berpikir persalinan adalah awal kehidupan, beberapa calon ayah justru tak mampu menghindari pemikiran proses persalinan adalah akhir kehidupan. Selain soal persalinan, pikiran akan kematian juga terkait usia yang sudah tak muda lagi. Calon ayah bisa saja merasa takut tidak mampu menemani sang anak tumbuh. Tak dipungkiri, proses kelahiran memang dapat memutar balik pemikiran seorang pria. Dari seorang penikmat hidup, menjadi seorang penakut akan masa depan.
Takut akan kesehatan pasangan dan anakMelahirkan adalah pengalaman yang menegangkan bagi calon ayah. Calon ayah kerap kenakutan terjadi sesuatu pada orang yang paling dicintai. Pada momen tersebut, calon ayah akan menghadapi ketakutan luar biasa antara kehilangan bayi atau kehilangan pasangan.
Jika kehilangan bayi, akan menimbulkan rasa sakit luar biasa dalam hati. Sedang kehilangan pasangan, sebagai ayah harus membesarkan sendiri bayinya. Hal lain, calon ayah juga bisa sangat khawatir akan masa depan anak. Beberapa pria berinisiatif menghitung jari jemari tangan-kaki bayinya sesaat setelah dilahirkan.
Ketakutan HubunganBagi calon ayah, kelahiran dapat menjadi penyebab ketakutan akan ikatan ibu-anak. Konon, ini dapat membuat pasangan mencintai sang bayi lebih dari siapapun di muka Bumi. Atau, pasangan akan mengecualikan dirinya dari hubungan intim.
Calon ayah juga akan merasa ditinggalkan pasangan akibat ikatan ibu-anak yang kuat terutama di minggu-minggu awal bayi lahir. Anak yang bergantung pada ibunya akan membuat semacam pemisah sebuah hubungan.