Peran orangtua menjadi sangat penting sejak anak berusia dibawah lima tahun (golden age period) dan ketika mulai memasuki jenjang pendidikan dasar, karena periode tersebut adalah saat yang tepat menanamkan nilai-nilai agar anak menjadi anak yang life ready di masa depannya.
Menurut psikolog Ratih Ibrahim, pada prinsipnya, anak life-ready adalah anak yang memiliki kompetensi individual dan sosial. Kompetensi individual yang dimaksud antara lain memiliki pertumbuhan fisik optimal, menunjukkan perkembangan kognitif yang signifikan, serta mengembangkan kecerdasan emosi dan interpersonal. "Sementara kompetensi sosial, anak harus memiliki kecerdasan sosial, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kelompok, mampu menjalin hubungan yang dilandasi keintiman emosional. juga ditunjang nutrisi dengan gizi seimbang," jelas Ratih.
Perolehan kompetensi sosial pada masa kanak-kanak itu demikian pentingnya, sehingga jika anak tidak mencapai kompetensi sosial minimum hingga sekitar usia enam tahun, besar kemungkinan mereka akan menghadapi masalah pada masa dewasanya dalam hal-hal tertentu. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan emosional anak jangka panjang, perkembangan akademik dan kognitifnya, dan kehidupannya sebagai seorang warga negara diperkuat oleh seringnya dia memiliki kesempatan untuk memperkuat kompetensi sosialnya selama masa kanak-kanaknya.
"Temuan-temuan ini menunjukkan betapa pentingnya perkembangan kompetensi sosial pada masa pertumbuhan anak itu," lanjut Ratih yang juga Direktur Personal Growth, Counseling & Development Centre, Jakarta. Jadi, apa saja yang perlu disiapkan orangtua dalam menyiapkan anak "Life-Ready" dari sisi kompetensi sosial?
1. Orangtua perlu membimbing dan mengajarkan anak tentang cara bergaul yang tepat, serta menjadi model yang baik bagi anaknya. Misalnya, orangtua mengajarkan bagaimana cara berinteraksi, bermain, serta bersikap sopan santun yang baik dengan orang lain. Dengan melihat model dari orangtua, anak kemudian akan belajar untuk menerapkan sikap-sikap tersebut dengan lingkungan sosialnya.
2. Orangtua perlu menunjukkan contoh-contoh positif kepada anak, dalam hal bertingkah laku.
3. Cara anak belajar dan mengimitasi apa yang ia amati dari orang lain kemudian membentuk kecerdasan sosialnya.
4. Orangtua dapat membantu dan mendorong kemampuan bergaul anak. Contoh, orangtua dapat membantu anak untuk menghilangkan rasa malunya, dengan misalnya mengundang beberapa teman sebaya anak untuk bermain di rumah.
5. Orangtua juga dapat membantu proses masa agresif anak dengan mengajak anak berbicara dengan bahasa yang mudah ia mengerti, mengenai apa dampak dari sikap agresif bagi anak lainnya.
6. Penting bagi orangtua untuk sedari dini membangun respon yang positif dan dapat diandalkan oleh anak, agar ia tumbuh sebagai anak yang memiliki kelekatan yang secure.
7. Dalam hal penggunaan gadget, anak-anak mampu mengatur dirinya sendiri dan menerapkan disiplin diri, sehingga ia dapat lebih mengatur kegunaan gadget di dalam kehidupannya secara lebih sehat dan tidak berlebihan.
8. Orangtua perlu mengajarkan anak sejak dini agar fokus pada tujuan utama hidupnya, menetapkan prioritas, menerapkan pengaturan waktu di kesehariannya, serta untuk tetap membangun relasi nyata dengan orang lain.
Kecerdasan sosial ini akan semakin berkembang dengan tidak hanya saja mengamati dan merasakan pengaruh orang dewasa di sekitarnya, tetapi dengan tetap berpartisipasi aktif mengembangkan sisi sosialnya langsung kepada lingkungannya. "Jangan lupa, orangtua adalah role-model, dan anak akan belajar untuk menerapkan sikap-sikap tersebut dengan lingkungan sosialnya," kata Ratih menegaskan.
Hasto Prianggoro