Biaya kesehatan saat ini terbilang tinggi. Hal ini ditegaskan Aidil Akbar Madjid, MBA., independent financial advisor. "Karena biaya yang tinggi itu, maka dalam sebuah keluarga harus ada asurasi kesehatan." Termasuk ketika Anda mendapatkan asuransi kesehatan dari tempat kerja. "Apakah sudah cukup? Apabila tidak cukup atau tidak diberi dari tempat kerja, maka dianjurkan untuk ikut asuransi sendiri," tambahnya.
Berdasarkan jenis perawatan, asuransi kesehatan terdiri dari rawat jalan (outpatient) dan rawat inap (inpatient). "Rawat jalan tentu lebih murah karena tidak mengharuskan pasien menginap. Asuransi biasanya mencakup biaya dokter dan biaya obat. Sementara rawat inap, semua yang melibatkan opname," tambah Aidil.
Sebelum membuat asuransi kesehatan, pengecekan kebutuhan pemegang asuransi dilakukan terlebih dahulu. "Ia memilih kamar kelas berapa untuk setiap rawat inap dan rumah sakit mana? Kemudian asuransi yang diberikan kantor berapa, nanti dihitung sisanya," lanjut Aidil.
Bagaimana jika seseorang sudah mengidap suatu penyakit saat membuat asuransi supaya biaya pengobatan dapat diselesaikan asuransi? "Asuransi kemungkinan akan menolak. Bisa juga memberi pengecualian perlindungan untuk penyakit tersebut, atau bersedia memberikan perlindungan namun setelah melewati jangka waktu tertentu," ujar Aidil.
Asuransi memang berfungsi melindungi Anda dari penyakit-penyakit yang belum terdeteksi. Kemungkinan-kemungkinan tersebut juga berlaku apabila Anda memiliki riwayat gangguan kesehatan yang dapat diturunkan dari orangtua. "Jika perusahaan bersedia melindungi, besaran premi akan lebih mahal karena sudah mengandung risiko," tambahnya.
Murni atau Unit Link?
Kita kerap bingung memilih antara asuransi murni atau asuransi sekaligus investasi yang dikenal dengan istilah unit link? Aidil menggarisbawahi bahwa unit link bukan asuransi kesehatan. "Unit link adalah asuransi jiwa dan investasi. Akan tetapi, dapat ditempel rupa-rupa asuransi tambahan, salah satunya asuransi kesehatan."
Intinya, besaran premi yang Anda simpan di unit link akan dibagi untuk asuransi dan investasi. Sementara asuransi kesehatan, premi murni untuk jaminan kesehatan. "Bila ditanya mana yang menguntungkan, tentu ada plus minus yang harus disesuaikan kebutuhan. Kalau ditanya yang preminya paling murah? Asuransi kesehatan murni jelas lebih murah."
Contohnya, Anda membutuhkan perlindungan sebesar Rp 1 miliar. Jika mengambil asuransi murni, Anda akan dikenakan premi sebesar Rp 3 juta/tahun dengan ketentuan tidak ada uang yang kembali.
Sementara di unit link, Anda bisa dikenakan premi berbeda dan lebih tinggi. Misalnya, mencapai Rp 9 juta/tahun. Namun akan ada uang yang kembali. "Tapi, uang yang hilang bisa sampai Rp 4 - 6 juta. Dan, uang yang kembali berasal dari premi investasi dan bukan asuransi," tambahnya.
Hitung Premi
Sebagian besar orang menentukan jumlah premi bulanan berdasarkan tingkat kemampuan atau sisa uang setiap bulan. Padahal, cara ini tak sepenuhnya tepat. Seharusnya, besaran premi ditentukan melalui penghitungan tingkat risiko, usia, jenis kamar dan rumah sakit yang dikehendaki, dan riwayat kesehatan keluarga. Gaya hidup seperti kebiasaan merokok pun dapat memengaruhi besaran premi.
Bila informasi sudah terkumpul, akan dilakukan penghitungan menggunakan rumus yang berbeda di setiap perusahaan. Artinya, sebelum mengajukan asuransi kesehatan, pastikan pelayanan kesehatan yang diinginkan. Kemudian, barulah ada penghitungan keuntungan lain untuk turunannya. Di antaranya, harga operasi kecil, sedang, dan besar, juga pemeriksaan dokter.
Dikibuli Janji
Jangan terbuai janji manis produk asuransi. Lebih baik, bandingkan macam-macam asuransi, baca polisnya dengan benar, dan pilih yang sesuai kebutuhan.
Asuransi jiwa, misalnya, berfungsi melindungi pihak yang menjadi tanggungan apabila kita meninggal dunia. "Jadi selama masih single dan tidak memiliki tanggungan atau tak memiliki penghasilan dan keuangan keluarga semua bergantung pada pasangan, tak perlu asuransi jiwa," tegas Aidil. Sebaliknya, ia menyarankan penghasilan disimpan untuk investasi. "Itu akan lebih berguna," tambahnya.
Atau, asuransi critical illness yang hanya membayarkan bila kondisi suatu penyakit sudah kritis. "Standar kritis setiap perusahaan bisa berbeda, ini yang perlu diperhatikan," ujar Aidil.
Sayangnya, orang hanya fokus pada berapa banyak penyakit yang dapat dilindungi oleh asuransi ini. "Misalnya, pada perusahaan X, asuransi baru bisa diklaim apabila kanker sudah stadium empat, serangan jantung hingga klepnya berhenti, atau stroke hingga lumpuh. Bila kondisinya belum mencapai tingkat tersebut, tidak bisa diklaim," papar pemilik akun Twitter @AidilAKBAR ini.
Annelis Brilian