Jangan Tenang-tenang Bila Si Kecil Pasif

By nova.id, Kamis, 29 Maret 2012 | 23:11 WIB
Jangan Tenang tenang Bila Si Kecil Pasif (nova.id)

Jangan Tenang tenang Bila Si Kecil Pasif (nova.id)

"Foto: Iman "

Menurut Erfianne Cicilia, Psi., dengan bayi aktif bergerak, bersuara, memandang, dan merespons setiap stimulus yang datang atau diberikan, menandakan panca indranya baik, otaknya aktif, ciri sedang belajar dan ingin mengembangkan kemampuannya. Malah aktifnya si kecil, tambah psikolog dari LPT UI yang akrab disapa Fifi ini, "Sebenarnya merupakan ciri bahwa bayi mau dan ingin menerima hal-hal baru untuk dipelajari dan digunakan demi kepentingan dan kebaikannya."

Karena itu, sungguh disayangkan jika bayi hanya menerima masukan dari satu sisi saja. Sementara tugas perkembangan bayi itu banyak sekali, yang tentunya tak akan cukup distimulasi dan dikembangkan jika aktivitasnya hanya mendengar dan menonton saja. Jikapun kecerdasannya tampak bagus, ya sebatas bidang itu saja. Bagaimana dengan kecerdasan yang lain, seperti sosialisasi dan motorik, mampukah dikembangkan oleh si bayi dengan baik?

Jelas, orang tua harus mempertanyakan jika bayinya jarang menangis, tak kunjung bersuara, kurang menggerakkan anggota badan, atau tenang saja meski telat diberi ASI atau makanan pendamping ASI, karena pasti ada apa-apa pada diri si kecil. Untuk itu, sarannya, "Orang tua harus banyak belajar supaya mengetahui perkembangan dan kondisi anak yang seharusnya. Sehingga saat bayinya tidak menunjukkan sesuatu yang semestinya terjadi, orang tua bisa lekas tanggap untuk mengatasi dan memeriksakan ke ahlinya."

PENYEBAB BAYI MENJADI PASIF

Ada banyak penyebab bayi lebih senang kegiatan pasif, tetapi yang paling umum dan sering ditemukan, menurut Fifi, adalah karena:

1. Fisik si bayi tak memungkinkan dirinya untuk aktif alias kegemukan. Jadi dia cukup kerepotan dan kecapekkan untuk menggerakan anggota tubuhnya.

2. Si bayi memiliki gangguan neurologi atau kelainan fungsi saraf. Bisa juga ada kelainan pada panca indra atau anggota tubuh lainnya. Tentu hal ini harus diperiksakan ke dokter dan hanya dokter yang bisa memutuskan ada apa pada diri si bayi.

3. Orang tua memiliki keyakinan bahwa bayi yang anteng adalah anak yang penurut dan baik. Karena itu orang tua mengondisikan bayinya untuk selalu anteng dengan memberikan stimulasi yang membuat si kecil pasif, seperti menonton teve.

4. Orang tua sudah cukup puas dengan bayinya yang dianggapnya baik dan pintar karena diam saja, lebih banyak melihat dan mendengar. Karena menurutnya, bayi yang rewel itu nyusahin. Padahal, bayi anteng itu bisa karena dia tidak menerima stimulus apa-apa, atau ada apa-apa pada anggota tubuh juga panca indranya.

5. Orang tua tidak ekspresif. Sekalipun berinteraksi, tetapi ekspresinya datar sehingga si anak tak terpancing untuk memberikan respons. Reaksinya pasti jauh berbeda bila kita menyapanya dengan ekspresi muka dan gerak tubuh yang ekspresif. Si kecil jadi lebih ceria, tertantang, dan aktif bergerak jika stimulusnya ekspresif.

6. Orang tua mengajak bayi berinteraksi secara pasif. Misalnya, menggendong bayi sambil ngobrol dengan orang lain atau malah nonton teve.